Jika orang-orang Yahudi membanggakan kisah-kisah tentang upaya penyelamatan diri dari tekanan Nazi-nya Hitler, ada satu cerita luar biasa pada diri seorang Bilal bi Rabbah, seorang budak asal Habasyah, yang mendapat tekanan dari tuannya, dengan intimidasi di luar peri kemanusiaan. Bilal dijemur ditengah panas gurun pasir, diikat tangannya dan dadanya ditekan dengan batu. Beratnya batu, panasnya matahari, makian kaum kafir tidak membuat Bilal berpaling dari keyakinannya kepada Allah yang Tunggal. Kata “Ahad… Ahad…Ahad!” terucap dari mulutnya, muncul dari keluasan hati yang luar biasa hasil didikan dari  Sang Guru yang mulia, Nabi Muhammad SAW.

Abu Bakar Ash Shiddiq kemudian membebaskannya dan Bilal tercatat dalam sejarah sebagai salah satu sahabat yang akan menghuni syurga.

Bagaimana seorang yang memiliki masalah besar mampu keluar dari tekanan?

Coba simak rumus fisika-nya Pascal tentang tekanan, p = F/A; bahwa tekanan adalah jumlah gaya (interaksi) yang diderita oleh satu satuan luas. Dalam konteks kehidupan, tekanan dalam hidup itu tergantung seberapa besar “interaksi” dengan masalah. Makin besar interaksi dengan masalah akan makin besar tekanan. Tapi.. kalau ke’luas’an hati besar, maka seberapa besar dorongan masalah, maka tekanannya kecil.

Masalah adalah selisih antara harapan dengan realita. Masalah adalah selisih antara apa adanya dengan bagaimana seharusnya. Ketika apa yang dialami tidak sesuai dengan yang diharapkan, sesungguhnya masalah sudah muncul. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah masalah itu menimbulkan tekanan?

Masalah adalah kondisi. Masalah adalah just the way it is… Keluasan hati akan mengurangi jumlah tekanan dari inetraksi dengan masalah. Keluasan hati mungkin tidak mengubah masalah, tapi bisa mengendalikan jumlah tekanan dalam hidup.

 Jika Anda menabur garam ke dalam gelas, maka rasa asinnya  akan terasa.

Jika garam yang sama Anda tabur di danau, rasa asinnya tidak akan terasa

One thought on “Tekanan Hidup dan Keluasan Hati

  1. Memang sich….besar kecilnya tergantung sikap hati kita, kalau kita yakini bahwa tekanan yg kita alami adalah ujian dari -NYA, maka tekanan itu akan terasa indah, bukti bahwa kita di sayangi- NYA. Tanpa ujian, kita tidak akan pernah tahu kwalitas diri kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *