Di bulan baik penuh berkah ini, ketika suatu sore anak lelaki saya datang ke rumah dalam kondisi menangis dan ketakutan dan mengatakan.. “aku dibully”, saya sangat shock dan terkejut. Setelah saya peluk dan tenangkan sejenak, saya tanyakan bagaimana kejadiannya, anak saya mengatakan bahwa dia bersama temannya,’kabur’ dari sekolah boarding keagamaan khusus putera di Kota Bogor melalui jalan pinggir sungai, hingga sampai ke rumah. Saya tanyakan kembali kejadian bullying dan perundungannya, anak saya mengatakan bahwa sepekan lalu, suatu malam dia dipukul bagian bahu kanan hingga berbekas saat pulang ke rumah (saya dokumentasikan kondisinya), kemudian pagi dan malam sebelum ‘kabur’ dari sekolah, dia dipalak, dimintai uang oleh pelaku yang sama.


Sangat terkejut saya mendengar penjelasan anak saya. Sakit hati dan kecewa, karena selama tiga tahun kami menitipkan anak ke sekolah tersebut untuk dididik dengan baik, akan tetapi mengalami kejadian yang membekaskan trauma pada anak saya dan ternyata tindakan tersebut dilakukan oleh teman seasrama (di kamar yang sama).


Saya segera memposting kejadian tersebut di grup WA orang tua, ternyata kejadian tidak hanya dialami anak saya, ada beberapa anak lain mendapatkan perlakuan baik pemukulan maupun pemalakan di sekolah dan beberapa dilakukan oleh orang yang sama, serta ada juga oleh orang yang berbeda. Semua informasi tersebut saya kumpulkan, tampung dan membuat para orang tua yang bertanya-tanya tentang perubahan karakter anaknya yang menjadi pemurung dan perbedaan lainya, akhirnya menghubungi saya untuk memberikan informasi dan mengurai kejadiannya.


Karena WA grup orang tua seluruh angkatan tiba-tiba dibuat satu arah (hanya admin yang bisa mengirim pesan), dengan alasan menjaga puasa, maka baik video call atau japri melalui WA pun menjadi jalan keluar dan satu jalur WA grup satu asrama saja yang bisa diakses. Saya berupaya melakukan komunikasi dengan pihak sekolah, akan tetapi keterbatasan komunikasi juga yang membuatnya tidak maksimal.


Saya memberanikan diri memberikan laporan kepada KPAID (Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah) Kota Bogor dan diakomodir dengan baik, karena fokus pada pemulihan trauma anak. Sementara setelah beberapa hari kemudian memang belum ada itikad baik dari sekolah untuk memberikan pendampingan dari psikolog profesional bagi anak kami dan anak lain yang mengalami perundungan.

Anak saya semakin terbuka menceritakan tentang beberapa kejadian bullying di sekolahnya, betapa kesadaran tentang tindak bullying dan bagaimana menyikapinya menjadi PR besar kita bersama. Yang sakit bukan hanya korban, pelaku, tapi kita semua. Korban yang tidak tahu harus bagaimana bersikap, pelaku yang mengulangi perbuatannya, sekolah yang tidak membuka akses ahli (KPAI, psikolog) untuk memvalidasi kasus bullying supaya jelas masalahnya. Potret anak saya yang mau terbuka dan secara runut menceritakan kejadian, memberikan opini yang obyektif tanpa menuduh di satu sisi, dan potret tentang pelaku dan pembiaran terhadap tindak bullying di sekolah di sisi lain.. Adalah dua sisi keberhasilan dan kegagalan sekolah dalam mendidik anak. Saya berterima kasih, anak saya dalam situasi sebagai korban masih bisa bersikap bijaksana menyikapinya. Saya apresiasi sebagai keberhasilan sekolah.. Tetapi, bahwa dia menjadi korban bullying lebih dari satu kali dan berbagai jenis bully oleh lebih satu orang di sekolah yang siswanya kurang dari 150 secara total, harus diakui sebagai kegagalan sekolah menciptakan ekosistem pendidikan tempat tumbuh kembang anak dengan baik. Dan kita semua harus mengakuinya. Koreksi total terhadap dunia pendidikan, jika kita berkomitmen menghasilkan generasi solutif.


Saya berterima kasih kepada pihak sekolah yang melakukan tindak lanjut dari laporan berupa berdialog dengan pelaku, mengundang orang tuanya datang ke sekolah dan upaya-upaya lainnya. Saya berterima kasih kepada para orang tua korban bully dan perundungan yang berbagi informasi terkait kondisi anaknya. Saya berterima kasih juga kepada KPAID Kota Bogor yang intens membahas kasus bullying di sekolah dengan menanggi serius kasus ini dan berupaya maksimal dalam memberikan validasi penanganannya.

Selama kita bisa mencerna masalah, dan anak2 tidak terkontaminasi mentalnya sehingga ketika tumbuh dewasa bisa menjadi lebih baik. Alhamdulillah. Kita, orang tua harus membiasakan diri, benih baik anak yang tumbuh di lahan subur, pastinya banyak hama, rumput, gulma yang menganggu. Kalau akarnya kuat, InsyaAllah tetap tumbuh kembang menjadi yang terbaik versi dirinya. Karakter anak seperti batu terpahat, semua kejadian negatif membuang bagian tak penting dari batu tersebut hingga menghasilkan sosok yang ideal


Saya mendengar Kota Bogor akan segera memberlakukan Peraturan Daerah (Perda) Kota Ramah Anak, alangkah baiknya kajian tentang kelayakan dan bagaimana operasional di sekolah, dimana anak-anak banyak menghabiskan waktunya (apalagi boarding school yang 24 jam siswa tinggal), tentu menjadi catatan penting. Tidak ada ruang untuk bullying, sehingga setiap sekolah melakukan pakta integritas saat pendaftaran, setiap pelaku bullying yang terbukti valid segera dikeluarkan dari sekolah. Semoga Perda Ramah Anak betul-betul menjadikan setiap rumah dan sudut kota sebagai tempat tumbuh kembang anak supaya menjadi anak berkarakter dan memiliki kesholehan pribadi dan kesholehan sosial.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *