Bagaimana Otak Bekerja?


Menghafal memerlukan memori yang sifatnya kognitif.. mengulang-ngulang. Repetition. Begitu mengulang terjadi otomatis maka secara positif; begitu disebut satu topik maka bisa keluarlah hafalan. Hebat. Mekanik betul. Sisi positifnya langsung hafal dengan jumlah yang banyak. Sisi negatif akan terjadi jika mengabaikan sisi emosional. Hal ini terkait dengan kendali diri yang oleh cortex prefrontal dimana pemikiran kognitif dikendalikan oleh pemikiran emosional sehingga melibatkan kendali diri yang dalam buku popular disebut dengan Kecerdasan Emosi.
Jalur otaknya adalah informasi masuk kemudian tidak langsung ke sistem limbik yang membutuhkan respon cepat. Misalnya seseorang dihina atau dipukul; jika kendali diri tidak bagus maka dia akan bereaksi secara spontan dan secepat kilat. Responnya emosional dan tidak di bawah pemikiran rasional. Harusnya dikelola oleh cortex prefrontal.. diproses secara kognitif dulu. Begitu diproses kognitif.. ada pertimbangan terkait dengan pemahamannya; dan juga akibat dari tindakannya. Bisa jadi anak yang memiliki kelebihan fisik; selain kendali dirinya belum sempurna sehingga responnya pun tidak terkendali. Makanya di anak-anak terjadi hal-hal spontan. Jika anak ini berkelebihan fisik; ada dorongan menunjukkan power of physicnya; menunjukkan batas kapasitasnya sampai dimana.
Oleh karena itu dalam sistem pengajaran yang mengutamakan hafalan; sangat baik untuk melibatkan sistem limbik dalam menghafal. Terutama memahami maknanya. Ada pemaknaan dan penghayatan. Tidak hanya menghafal secara repetisi tetapi memahami maknanya juga. Didukung dengan penjelasan yang sifatnya kasus. Misal topiknya tentang kesabaran maka perlu didukung dengan kisah-kisah dari mulai Nabi; sahabat sampai kejadian kekinian; sehingga anak memiliki studi kasus; referensi dan model sebagai bahan pertimbangan.

Proses Pengajaran Ramah Otak

Kita perlu memasukkan faktor stress. Secara positif.. jika orang di bawah tekanan.. belajar lebih banyak yang masuk. Ada bagusnya juga. Misalnya jika kita mau ujian besok maka daya serap otak kita meningkat. Menurut teori Deplation ego (Roy Maumeson). Jika kita sudah Lelah mengurusi sesuatu maka sistem kendali kita untuk hal lain akan melemah. Missal kita menghadapi godaan disuruh menahan makan saat puasa. Godaan untuk makan membutuhkan daya tahan untuk mengendalikan diri. Energi akan habis disitu. Begitu ada godaan lain. Kita sudah melemah disana.. akibatnya kita kalah dan habis. Dari sisi satu lolos.. sisi lain tidak lolos. Misalkan lagi; jika seseorang menyelesaikan soal matematika yang rumit dengan full energi. Jika disodorkan makanans ehat dan tidak sehat. Bisa jadi memilih makanana yang tidak sehat; karena memang kendali dirinya sudah habis terserap.
Jika anak menghadapi stress; dan tidak memiliki pengelolaan sistem berpikir dan emosi yang baik; maka kendali dirinya bisa berkurang; sehingga tidak bisa mengendalikan diri untuk hal lain.
Kalau kita bicara norma orang dewasa; maka tidak perlu menunjukkan kekuatan fisik. Akan tetapi berbeda dengan yang terjadi kepada anak-anak; sudah sistem kendali dirinya tidak sempurna.. ada kegiatan yang menguras energi dan tidak terkelola dengan baik.

Bahwa dalam proses pengajaran.. hal-hal yang sifatnya kognitif tanpa melibatkan emosi bisa membuat ketidakseimbangan kendali diri pada anak. Anak-anak disuruh melakukan sesuatu yang sifatnya kognitif; maka energinya habis dan akan bermasalah di tempat lain. Sehingga anak harus diajarkan cara menghadapi stress. Ada stress manajemen. Dalam proses belajar stress manajemen itu penting. Jika stress tidak terkelola; bisa jadi tidak ada jeda untuk merespon. Apalagi jika dia mendapat afirmasi dari pujian dari lingkungannya. Penguatan bahwa dia memiliki kekuatan fisik akan mendorong psikologi individu ingin menunjukkan kapasitas dan kemampuannya dan bisa jadi melewati batas yang seharusnya.
Dalam proses berpikir; alirannya hanya sampai kognitif dan berpadu dengan fisik tanpa kendali diri sehingga akan sangat berbahaya. Kognitif yang terkait dengan marah misalnya.. penerapannya bisa ke fisik jika tidak ada kendali diri. Dan ini merusak; baik obyek Tindakan fisik maupun kepada diri pelaku. Jeda yang tipis antara stimulus dan respon inilah yang disebut berpikir pendek yang merupakan istilah untuk kecerdasan emosi yang tidak matang. Jalur pendek ini langsung ke limbik tanpa melalui jalur pemikiran rasional; sehingga respon impulsive tidak bisa dikendalikan.

Kendali Diri pada Anak-anak


Pada anak-anak tertentu ada yang namanya individuasi. Dorongan untuk menunjukkan keunggulannya. Diafirmasi oleh lingkungan. Apalagi jika ternyata terdapat kasus-kasus yang memberikan pembiaran terhadap bullying; juga memberikan afirmasi. Terdapat perbedaan kekerasan pada orang dewasa dan anak-anak. Pada orang dewasa; kekerasan didasari oleh motif balas dendam dan berbagai motif lain yang cukup serius. Pada anak-anak; kekerasan bisa dilakukan karena spontan untuk menunjukkan otoritas. Pada anak tertentu ada istilah indivuasi yang diafirmasi oleh pujian dan juga kelemahan hukuman.
Kendali diri sangat penting dikuasai oleh anak-anak yang dapat dilatih dengan hal-hal yang sederhana. Pencurian pada anak-anak bisa banyak variabel; bisa karena (1) butuh; (2) iseng; (3) patologi. Ada orang mencuri untuk melampiaskan impulsivitas/kecemasan. Ini penyakit. Ujungnya kendali diri. Kita di Indonesia tidak cukup menyediakan ilmu untuk pengendalian diri. Beberapa kejadian terkini terkait kondisi bullying menunjukkan anak-anak atau remaja yang viral karena ketidakmampuannya mengendalikan diri umumnya memiliki latar belakang ekonomi atau sosial yang lebih ‘superior’

Dari Pembela menjadi Pembully

Kemungkinan ada afirmasi dari lingkungan sekolah. Perlu dilihat apakah anak ini melakukan bullying fisik karena (1) ada kebutuhan; (2) iseng/jahil; atau (3) patologi. Jika masuk ke dalam patologi; maka perlu diperiksa oleh psikolog atau dokter. Setiap sekolah yang mendidik anak harus ada psikolog perkembangan anak sebagai perangkat dalam proses proses belajar. Minimal guru BP yang terlatih dan memiliki latar belakang keilmuan yang sesuai.

Bagaimana Menjadi Dewasa?

Supaya dewasa perlu latihan self control.. mengembangkan kendali diri; kuatkan keinginan dan kemampuan menahan diri yang tinggi. Kedewasaan juga ditunjang dengan kemampuan untuk membuka ruang bergaul. Sehingga bisa melihat berbagai keragaman. Berkelompok tertentu bisa menjadi afirmasi terhadap kekuatan yang kemudian mengurangi kendali diri.
Lingkungan sekolah juga memberikan pengaruh. Tergantung bagaimana anak diperlakukan. Pujian bisa bermakna baik tetapi harus proporsional. Pada konteks tertentu; pujian bisa berbahaya jika tidak dimanage. Manajemen pendidikan kita banyak menyentuh kognisi tidak ke maturitas anak. Pengajaran harus disertai denganpPendidikan emosional dengan tujuan pengendalian. Seperti yang diucapkan KH Zaenudin MZ dalam setiap ceramahnya yang menyatakan bahwa ujung dari ritual semua agama intinya adalah tentang pengendalian diri.
yang ‘lebih’ dibanding korban yang dibully-nya.
Apakah kedewasaan terkait usia?
Pada orang dengan usia pasca anak-anak dan remaja; kehilangan kendali diri kerap terjadi. Hal ini menunjukkan kalau dirinya belum matang alias belum dewasa. Orang tua pun ada yang melakukan kejahatan karena tidak bisa mengendalikan diri. Semuanya saling terkait. Termasuk terjadinya cyber bullying. Ada orang yang iseng saja; jahil atau ngeprank yang tidak berisiko tinggi atau malah memang memiliki penyakit (patologi); inilah yang harus betul-betul ditelaah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *