Pagi banget saya berangkat dari rumah. Jam 04.15.

Biasanya ada ‘ritual’ yang saya lakukan kalau mau berangkat dari rumah. Saya harus melihat Naya–puteri saya–bangun. Saya biasanya becanda sebentar, baru berangkat.

Kali ini, saya harus rela melihat Naya masih tidur nyenyak. Saya cuma cium saja kening dan pipinya, dan langsung berangkat. Tadinya saya mau bangunin, tapi ngga tega. Ritual melihat Naya bangun TIDAK saya lakukan, karena pagi ini saya ada janji, dan mengatakan IYA untuk menemani kawan saya diwawancarai di O Channel.

Memang, untuk mengatakan TIDAK, belum tentu mudah melakukannya. Banyak orang yang sulit mengatakan TIDAK, salah satunya karena tidak punya IYA sebagai pembandingnya.

Saya mengatakan TIDAK untuk melihat Naya bangun, karena punya IYA untuk menemani kawan saya ke stasiun televisi.

Memutuskan TIDAK karena punya IYA adalah tentang penetapan mana yang penting dan tidak penting, yang parameternya adalah tujuan. Sesuatu itu penting karena terkait dengan sebuah tujuan. Makanya, orang yang tidak punya tujuan, akan menganggap segala sesuatu sama pentingnya atau tidak sama pentingnya. Seseorang sulit mengatakan TIDAK karena tidak punya tujuan sehingga tidak tahu mana yang penting dan tidak penting.

Memutuskan TIDAK karena punya IYA adalah tentang penetapan prioritas, yang kemudian diurutkan menjadi satu lebih didahulukan dibanding yang lainnya. Seseorang sulit mengatakan TIDAK, bisa jadi karena tidak punya prioritas, atau prioritasnya tidak memmiliki urutan yang jelas.

Memutuskan TIDAK karena punya IYA adalah tentang pengambilan keputusan, yang esensinya memilih yang terbaik diantara beberapa alternatif. Alternatif itu muncul, karena tujuan yang diawal sudah ditetapkan, prioritas sudah diurutkan. Seseorang sulit mengatakan TIDAK karena mereka tidak memiliki alternatif atau pilihan alternatifnya tidak terlalu menyenangkan.

Milikilah IYA untuk memudahkan Anda mengatakan TIDAK.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *