Seperti biasa, saya mengendarai motor, melintasi jalan Kapten Muslihat menuju stasiun Bogor. Sesama pengendara motor, biasanya hafal. Karena kami berada di sisi kanan bagian jalan. Dempet-dempetan. Hari ini saya, yang mengendarai motor SMASH warna biru, agak surprise ketika melihat di samping saya, ada motor SMASH juga, tapi warnanya hitam total. Aneh juga nih motor.
Begitu saya lihat di bagian body di bawah jok, ada tulisan AutoBlackThrough… Entah apa maksudnya…. di sampingnya lagi ada tulisan Auto Black Innovation. Warna tulisannya, kombinasi antara merah, hitam dan putih khusus huruf A-nya.
Mungkin saja, pemilik motor itu ikutan kompetisi motor hitam atau malah ikutan Black Community yang juga mulai menjamur di beberapa tempat di Bogor.
Saya melanjutkan perjalanan. Agak ngebut, karena takut terlambat.
Naik kereta pagi jadi rutinitas sekarang. Karena kerja di Depok, maka otomatis kereta jadi pilihan. Berangkat pagi banget, supaya naik kereta yang agak longgar. Taunya, banyak orang berpikiran sama. Jadinya, tetep aja, keretanya penuh.
Seperti hari ini, ketika diumumkan oleh petugas KA, bahwa kereta di jalur 6 akan tiba dari Jakarta dan langsung berangkat ke Jakarta lagi, maka berbondong-bondonglah, penumpang menuju jalur 6.
Saya mengincar gerbong paling belakang, supaya pas turun di Depok Baru, ngga terlalu padet. Gerbong-gerbong lain biasanya akan diserbu oleh penumpang yang naik, barengan dengan penumpang yang turun.
Kereta sampai, saya yang siap-siap naik pun dengan sigap berada paling depan. Saya masih berusaha untuk mendahulukan orang yang turun dulu. Saya menahan orang yang dibelakang, supaya yang turun bisa keluar dulu. eh, tiba-tiba pipi saya ditoel agak keras pake telapak tangan (ini ditampar kali ya…), dan ada seorang berseragam bilang:
“Eh… bego lu, kalau ngalah, ngga bisa masuk gerbong tau…”
Hrrrghhhhh.. kesel rasanya. Saya yang ceritanya mau sopan, malah dicolek pipinya. Pake diomongin segala lagi. Saya ngga liatin lagi tuh orang. Akhirnya malah kedorong masuk gerbong.
Saya terbawa arus. Dalam hati saya berpikir, ya paling ngga udah niat mau baik deh. Kasian juga orang yang mau turun. Tubrukan ama orang yang mau naik. Semua orang jadi mendahulukan kepentingannya sendiri.
Saya masuk. Ada tempat duduk kosong, yang basah banget. Saya keluarkan koran dan duduk disitu.
Alhamdulillah.
Sepanjang perjalanan menuju Depok Baru, dengan pertambahan penumpang yang makin padat, saya masih duduk dan harus berjuang lagi ketika akan keluar dari kereta. Kali ini saya melawan arus. Karena dorongan dari luar lebih keras, sementara yang mau turun hanya sedikit.
Kini, saya harus melalui setiap pagi dengan kondisi yang hampir sama. Naik terbawa arus dan turun melawan arus. Tapi mungkin inilah refleksi kehidupan. Terbawa arus atau melawan arus. Tinggal milih arus yang mana? Apakah terbawa arus yang baik atau arus yang buruk. Apakah melawan arus yang baik atau arus yang buruk.
Untung saja ada blog, jadinya agak tersalurkan lah ke-hrgghhhhhhhhhhh-an ini, entah namanya apa. Jadinya, setiap hari naik kereta jadi sumber inspirasi baru. Apalagi mulai banyak ibu-ibu yang komentarnya lucu-lucu, atau Bapak-bapak yang komentarnya garing.
waduh.. sabar yo mas! orang sabar disayang tuhan kok