Alhamdulillah pagi ini berkesempatan melaksanakan shalat shubuh berjamaah di mesjid dekat Hotel Redtop Pecenongan tempat saya menginap sebagai fasilitator Training of Trainer Kader Digital Desa Cerdas Kemendes RI. Memang lokasinya strategis, dekat dengan Monas, stasiun kereta Juanda dan mesjid Istiqlal. Shalat Isya dan tarawih saya lakukan di mesjid Istiqlal, berjalan 10 menit dari hotel langsung bisa melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan di Mesjid terbesar se Asia Tenggara.
Pagi ini, di mesjid warga, sholat shubuh penuh warga. Di sebelah saya ada orang tua yang gerakannya perlahan sekali ketika shalat sunnah qabliyah shubuh, utamanya saat ruku dan bangun dari sujud. Pelaaan sekali. Saya langsung tertegun dan ingat dengan apa yang biasa saya lakukan. Gerakan sholat kadang jarang saya nikmati, sat-set, apalagi jika shalat sendirian. Bapak di depan di sebelah saya ini melakukannya dengan sangat perlahan, bisa jadi karena kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan gerakannya cepat atau sambil menikmati gerakan demi gerakan dengan kondisi usianya, membuatnya mensyukuri nikmat sehat dan diperkenankan shubuh berjamaah yang keutamaannya banyak sekali.
Hal ini pula yang membuat saya akhirnya menikmati gerakan demi gerakan shalat (kali ini), seirama dengan Bapak di sebelah saya ketika melaksanakan shalat shubuh. Tentu beda kondisinya…. karena yang saya lakukan adalah sebuah pilihan. Tetapi kali ini pilihan yang membuat saya tidak hanya melakukan gerakan shalat, akan tetapi menikmati setiap perubahan posisi shalat, apalagi jika di waktu shubuh, gerakan sholat membuat lebih terasa dampaknya kepada tubuh kita.
Keluar dari mesjid, saya berjalan menuju hotel, memutar sedikit karena pintu tembusannya belum dibuka. Di ujung belokan, saya mendengarkan seorang Bapak bersenandung di samping gerobak dorong yang berisi barang-barang bekas. Di dalamnya ada seorang wanita yang kemungkinan isterinya sedang tertidur nyenyak. Pemandangan kedua yang bikin saya tertegun, karena semalam saya kesulitan tidur padahal kamar saya ber AC dan kasurnya empuk banget.
Rupanya tertidur pulas dengan kasur empuk adalah dua hal yang berbeda.
Melihat Bapak pemilik gerobak barang bekas yang bersenandung optimis bahwa hari ini rezekinya dimudahkan (semoga) dan isterinya yang tertidur pulas, membuat saya kembali melihat ke dalam diri, mengingat rezeki saya saat ini sedang dalam ujian yang perlu diselesaikan, setelah menyelesaikan studi yang cukup berat. Saya langsung memejamkan mata sebentar, bersyukur dan berdo’a semoga ikhtiar menjemput rezeki yang sedang saya lakukan pada waktunya akan membuat anak dan isteri saya bisa tertidur pulas dan mendapatkan keberkahan.