Oktober 2010 ini sama sekali berbeda dengan tahun sebelumnya. Aktivitas social media saya bertambah; tak hanya ngeblog, facebook; dan juga twitter. Terasa betul era Web 2.0 ini membuat dunia makin dekat’ bahkan borderless.
Saya akan menceritakan aktivitas yang semuanya ternyata terkait dengan Sumpah Pemuda, utamanya di era 2.0 ini.
Rabu, 27 Oktober 2010
Rabu pagi saya berangkat menuju Yogyakarta, menjadi bagian dari tim manajemen Helmy Yahya yang akan memberikan materi dalam seminar kreativitas dan kewirausahaan di Universitas Negeri Yogyakarta. Saya berangkat lebih dahulu. Sampai di Yogyakarta, berita tentang meletusnya gunung Merapi sedang mencapai puncaknya; apalagi disertai dengan berita wafatnya Mbah Marijan, sang penjaga kunci Gunung Merapi. Ketika tiba di Bandara Adi Sucipto; banyak penumpang yang berkumpul menonton berita dari televise. Selamat jalan Mbah Marijan.
Agak siang, barulah Helmy Yahya dan Manajernya tiba di bandara, dan kami langsung menuju ke lokasi acara. Rupanya, kegiatan tersebut diadakan, berkenaan juga dengan adanya Sumpah Pemuda. Ya, memang sangat perlu untuk membangun jiwa kreativitas dan kewirausahaan di kalangan pemuda; karena semangat kreatif dan berusaha adalah bagian dari kemandirian bangsa.
Kita harus jadi bangsa yang mandiri.
Seminar berjalan lancar. Harusnya saya ikut ke acara berikutnya, yang dilaksanakan di Candi Prambanan, terkait dengan pariwisata Indonesia yang melesu. Candi Prambanan dan Candi Borobudur yang luar biasa indah; kalah popular dibandingkan dengan Angkor Wat di Kamboja. Sayang sekali saya tidak bisa mengikuti acara tersebut, padahal sangat penting kita berkontribusi dalam membangun jati diri bangsa melalui pariwisata.
Kita harus bangga punya tanah air seindah dan sekaya Indonesia.
Saya pun pulang ke Bogor. Karena harus mengambil kiriman box dari panitia Sumpah Pemuda 2.0 yang akan diselenggarakan di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta.
Delay lumayan lama; sebelum terbang ke Jakarta dan akhirnya tiba di rumah menjelang tengah malam. Saya buka BB dan menemukan pesan twitter dari @fahiraidris untuk menghadiri Upacara Rakyat, sekaligus Deklarasi Gerakan Masyarakat Cinta Damai (GemaDamai) di Tugu Proklamasi, esok hari. Persahabatan saya dengan Mbak @fahiraidris sebenarnya diawali dengan upaya untuk menengahi konflik dengan Front Pembela Islam, saat itu awal Ramadhan. Rupanya niat baik itu berlanjut, hingga berwujud menjadi Gema Damai yang akan dideklarasikan tepat di Hari Sumpah Pemuda.
Kamis, 28 Oktober 2010
Pagi, saya berangkat dengan kereta Pakuan Express ke Jakarta, untuk menghadiri Upacara Rakyat dan Deklarasi Gerakan Masyarakat Cinta Damai. Sudah pasti terlambat. Karena upacara dimulai jam 07.00. Tak apa, paling tidak, saya memenuhi janji untuk hadir di acara tersebut, dan mengikuti salah satu acaranya, yaitu donor darah.
Benar saja, saya terlambat. Langsung menuju lokasi donor darah. Sudah banyak yang mengantri; beberapa selebriti; seperti Samuel Rizal, Wanda Hamidah, Olivia Zalianty, Indra Bekti, dan Jajang C Noor. Mereka mengantri juga, sama dengan yang lain. Diperiksa HB-nya; dan beberapa selebriti itu rupayanya banyak yang tidur larut di malam sebelumnya, atau kecapekan, hingga HB-nya kurang dari 12.5; jadilah mereka tak diperkenankan untuk menjadi donor darah.
Saya juga diperiksa, dan Alhamdulillah, cukup baik kondisinya untuk mendonorkan darah O saya. Sambil menunggu, saya berbincang dengan Mbak @fahiraidris, tentang rencana pembuatan buku GemaDamai. Sebuah kehormatan, ketika mengetahui Mbak @fahiraidris mengajak saya untuk menyusun buku tersebut. Saya baru mendapat informasi, rupanya di Upacara Rakyat tadi, Sumpah Pemuda yang tadinya hanya 3, yaitu bertumpah darah satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia; kini ditambah dengan poin ke-empat, yaitu Bangsa Indonesia sepakat untuk damai.
Perdamaian bisa menjadi bahasa kemanusiaan yang mempersatukan.
Usai sudah donor darah. Saya langsung menuju ke Museum Kebangkitan Nasional; karena di tempat tersebut akan diadakan Sumpah Pemuda 2.0, yang diikuti oleh 200 blogger dari 14 perwakilan komunitas. Rasanya cukup seru, ada Sumpah Pemuda a la Blogger. Cukup kreatif XL, provider selular, berinisiatif mengadakan konsep acara seperti ini.
Di lokasi acara sudah berkumpul para blogger. Suasana agak unik juga; gedung lama berupa museum, sementara di tangan para blogger tak henti bunyi blackberry, android, dan beberapa membuka laptop. Yup, inilah Sumpah Pemuda di era digital.
Acara dimulai jam 14.00 lebih; dengan pembicara Anhar Gonggong, Imam Prasojo, Adri Subono, Sudianto, dan Iman Brotoseno; moderatornya Jaya Suprana yang nanti sekaligus akan memberikan piagam Rekor MURI untuk acara ini.
Ada yang unik, ketika di akhir acara, 14 perwakilan komunitas mendeklarasikan Sumpah Pemuda dengan telpon seluler di tangan. Mungkin inilah symbol dari Sumpah Pemuda 2.0. Cukup kreatif.
Digital adalah sebuah bahasa, dan Sumpah Pemuda tak berkurang maknanya di era digital.
Acara tak berhenti hingga usai acara formal. Berlanjut dengan game untuk mempelajari perjuangan para tokoh bangsa di masa lalu; utamanya yang terkait dengan Sumpah Pemuda. Mulai dari mengumpulkan puzzle tokoh-tokoh pemuda di Museum Kebangkitan Nasional, hingga mencari gambar di Museum Sumpah Pemuda di Kramat Raya.
Permainan yang menyenangkan; seharusnya menjadi bagian dari pelajaran sejarah; tak melulu di kelas, tapi juga langsung mendatangi museum sebagai bagian dari dokumentasi sejarah Indonesia. Terima kasih kepada Komunitas Historia Indonesia yang dikomandani oleh Asep Kambali. Pantas saja jika Kang Asep mendapat penghargaan dari berbagai pihak atas inisiatifnya tersebut. Penting memang untuk memiliki jiwa kepeloporan. Semoga banyak pihak yang bisa mempelopori kebaikan di negeri ini.
Sumpah Pemuda memiliki semangat kepeloporan, karena lahir, bahkan sebelum menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Usai Sumpah Pemuda 2.0; saya pulang dan bersiap dengan pekerjaan berikutnya. Menulis.
Jum’at, 29 Oktober 2010
Ya.. saya sedang dikejar deadline untuk menulis buku Tapak Tilas Obama, karena selama 14 hari, dari 17 September 2010 hingga 1 Oktober 2010, saya bersama tim, mendapat hadiah setelah memenangkan kontes Golden Ticket to USA, mengunjungi Seattle, Washington DC, Chicago dan Honolulu untuk mengetahui jejak langkah Barack Obama; dari masa kecil hingga menjadi Presiden Amerika Serikat.
Catatan perjalan itu kemudian saya bukukan, dan kini sedang dikejar deadline; walaupun tak yakin, apakah bisa terbit bertepatan dengan kedatangan Obama pada 10 November 2010. Rencananya akan diterbitkan di PT Elexmedia Komputindo, Kelompok Kompas Gramedia.
Seharian saya menulis buku, sambil membayangkan dan mempelajari sosok Obama yang penuh dengan dinamika. Memang Obama banyak yang suka dan ada juga yang tidak suka; tapi itulah demokrasi. Saya coba mengungkap sisi baik dari sosok Obama; dan semoga bisa menginspirasi.
Pemuda Indonesia butuh inspirasi, terlebih inspirasi di level global.
Di malam hari, saya mendapat telpon untuk menemani kawan saya yang sama-sama mendirikan Youth Strategic Leadership Foundation. Dia, yang adalah Ketua Umum Pengurus Nasional Karang Taruna diminta untuk berbicara di forum Asia Pacific Young Business Conference & Trade di Putrajaya International Convention Center, Malaysia
Segera lah saya menyelesaikan buku. Kemudian berkemas untuk berangkat ke Malaysia. Agak aneh juga, karena ke Malaysia berangkat subuh, pulang malam hari; tidak terasa ke luar negerinya.
Sabtu, 30 Oktober 2010
Sebenarnya saya ingin sekali hadir di Pesta Blogger 2010; tapi tugas penting membuat saya terbang ke Malaysia. Saya berjanji untuk nge-twit atau nge-blog selama disana.
Berada di Putrajaya International Convention Center, Malaysia, mensupport kawan saya yang jadi pembicara di forum Asia Pacific Young Business Conference & Trade. Tugas saya menyiapkan presentasi tentang “Agricultural Potential in Indonesia” sekaligus mempromosikan bisnis pertanian untuk menarik investasi dari negara-negara Asia Pasifik. Ya, berbicara tentang potensi pertanian, karena Indonesia adalah negara agraris.
Sambil memperhatikan kawan saya bicara; saya bangga juga, ada anak muda Indonesia yang bisa bicara di forum Asia Pacific; tentang bisnis dengan bargaining position yang kuat; tak meminta, tapi mengajak bekerja sama.
Indonesia negara besar dan kaya. Pemuda Indonesia bisa berdiri sejajar dengan bangsa lain.
Yang perlu kita lakukan adalah menghargai kebesaran bangsa dan kekayaan alam negara kita.
Acara selesai, kami pun mengisi perut di sebuah mall di Kuala Lumpur. Tadinya ingin sekali foto-foto di landmark-nya Malaysia, Menara Petronas. Tapi, Tuhan Maha Baik; tak hanya landmark Malaysia yang kami dapatkan, tapi di mall itu justru kami bertemu dengan living legend Malaysia, yaitu Datuk Mahatir Muhammad.
Ya, Datuk Mahatir Muhammad sedang jalan-jalan untuk makan malam sepertinya; dan sangat kebetulan, lokasi restoran favoritnya ada di mall yang kami datangi.
Malam hari, kembali ke Indonesia dengan Malaysian Airlines. Harusnya take off jam 21.30; jadinya berangkat jam 00.15. Ternyata tak cuma di Indonesia yang sering delay. Dinikmati saja, sambil saya posting artikel tentang kegiatan tersebut. Biasa, kalau blogger ketemu wifi itu seperti ikan ketemu air. Postingannya Bisa dibaca DISINI
Minggu, 31 Oktober 2010
Dini hari saya tiba di Indonesia. Tidur sebentar, kemudian, jam 07.00 sudah menyiapkan rencana berikutnya. Kebetulan saya mengasuh Pondok Yatim Menulis, sebuah rumah singgah yang saya dirikan bersama isteri, dibantu oleh beberapa teman.
Hari ini ada program “Dolanan” dari TV Nusantara yang akan shooting tentang permainan tradisional anak-anak. Senang sekali, karena permainan anak-anak masih dihargai untuk ditampilkan di televisi. Saya menyiapkan anak-anak Pondok Yatim untuk menjadi bintang dadakan. Mereka di Minggu pagi ini akan bermain Meriam Bambu, Enggrang, Balap Gedebong Pisang dan Parasut Bambu; tiga permainan tradisional Sunda yang sudah langka dimainkan. Shooting diakhiri dengan permainan perkusi barang bekas. Semua bisa dilihat di www.yatim.tv
Shooting berjalan lancar, walaupun harus beberapa kali take. Maklum aktor kampung. Usai merapikan foto, saya pun mengupload dokumentasi di facebook. Kembali dunia 2.0 sangat memudahkan.
Indonesia kaya dengan khasanah tradisional.
Butuh medium yang tepat untuk mengangkatnya sebagai kebanggaan.
Pfyuuuuh…
Dari tanggal 27 Oktober hingga 31 Oktober 2010; aktivitas lumayan padat. Tapi, saya menemukan benang merah diantara semua aktivitas tersebut.
Ya.. Sumpah Pemuda…!
Terus terang saja; aktivitas padat tersebut membuat saya makin mencintai tanah air Indonesia, mencintai bangsa Indonesia dan mencintai bahasa Indonesia. Ketiganya pernah disumpahkan oleh para pemuda di tahun 1928, bahkan ketika Indonesia masih sebuah gagasan dan belum menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sumpah Pemuda itu bisa menjadi processor yang bisa menjadi inti dari jiwa pemuda. Dimana pun ia berada, dengan profesi apa pun dia berkontribusi, jika didalamnya terinstall Sumpah Pemuda; maka ia akan menjadi solusi bagi bangsa ini dan membuat orang-orang yang tersentuh oleh hasil karyanya makin mencintai Indonesia.
Era Web 2.0 membuat kita bisa terhubung dengan dunia hanya dalam hitungan detik. Jika pemuda tak punya jati diri dan tak bangga dengan bangsanya, pastilah sudah tertelan oleh dunia itu sendiri.
Semoga Sumpah Pemuda bisa menjadi processor di setiap pemuda; sehingga mereka bangga dengan tanah air, bangsa dan bahasanya; dan menjadi solusi bagi utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan mengkomunikasikannya kepada dunia.
Salam Sumpah Pemuda 2.0
berbobot semua kegiatannya, nggak kayak saya 😀
manusia yang paling baik adalah manusia yang bermanfaat.. try to learn about that….
Processor itu bernama Baban Sarbana… blogger yang aktif, energik dan humble! Maju terus lebahcerdas!
maju terus pantang mundur….
http://maulanaharris.blogdetik.com/2010/11/05/internet-sehat-hobi-didapat-dan-bisa-bikin-hebat/
kalo bnayak kegiatan, hidup jadi terasa hidup ya.
hidup yang lebih hidup itu ya hidup yang menghidupkan…
Sumpah pemuda erat kaitannya dengan pendidikan perlu konsep pendidikan yang tepat untuk masa depan indonesia cemerlang.Pendidikan yang mempunyai basis budaya yang kokoh sehingga kita punya jati diri bangsa yang berkarakter. Kalau mau kita bisa belajar dari Do’a nabi Ibrahim AS ketika meninggalkan anaknya Nabi Ismail AS dan istrinya siti hajar di lembah yang tandus karena mematuhi perintah Alloh SWT. Do’anya mengandung 5 basis fundamental dalam pendidikan berbasis budaya (nilai) yaitu : Nilai Aqidah, Ibadah, Akhlaq, life skill dan leadership skill.
pendidikan itu pilar kehidupan bangsa…
Di setiap era pemuda seakan mendapatkan amanah untuk memanggul tanggungjawab perbaikan dan perubahan. Sumpah pemuda adalah momentum besar di awal abad 20 sebagai pengejawantahan dan penegasan tanggungjawab tersebut. Di awal abad 21, tidak perlu ada sumpah pemuda yang baru, cukup dengan me-refresh hakikatnya dan membuktikannya dalam kehidupan nyata sesuai dengan kemajuan jaman, maka momentum besar itu tetap menjadi milik pemuda…
sumpah pemuda, bukan hanya janji yang selalu diikrarkan namun harus diisi dengan kegiatan posiitif yang nyata. bagi nusa, bangsa dan bahasa.
terima kasih postingannya ya..
salam kenal…
kunjungi repository unand