Rasulullah sendirian ketika menerima wahyu dari Allah melalui sahabat alam ghaibnya, malaikat Jibril. Sendirian, ketakutan, menggigil, cemas. Bersyukur Allah memilihkan isteri mulia, Siti Khadijah, yang segera menyiapkan selimut untuk menutupi tubuhnya yang menggigil. Siti Khadijah yang mulia adalah belahan jiwa Rasulullah, yang ada kala suka maupun duka; kala dikagumi atau dicaci.

Bersyukur, Rasulullah memiliki sahabat Ash Shiddiq, yang membenarkan apa yang akan disampaikan Rasulullah. Sahabat lembut hati yang tak rela kekasih Allah disakiti, bahkan menyediakan kakinya diserang ular berbisa, untuk melindungi kekasih Allah.

Bersyukur, Rasulullah dikabulkan do’anya untuk mendapatkan salah satu Umar dalam barisan pejuang Islam. Umar bin Khattab meningkatkan izzah kaum muslimin di mata orang kafir.

Bersyukur, Rasulullah dikasihi oleh sahabatnya yang kaya raya, Utsman bin Affan, yang mendukung perjuangan Rasulullah, jiwa danraga, materi dan immateri.

Bersyukur, Rasulullah memiliki Ali bin Abi Thalib, yang ketika belia sudah bersaksi sebagai seorang muslim.

Rasulullah adalah pemimpin yang bisa menghimpun segenap kekuatan di sekelilingnya untuk menegakkan ajaran Islam, menyampaikan wahyu Allah. Dari sedikit menjadi banyak, dan usai 23 tahun, Islam bertahan dan terus berkembang menjadi konsep hidup, way of life dari sebagian besar umat manusia.

Rasulullah memimpin dengan menghimpun, bahkan menghimpun potensi musuhnya menjadi pendukung setianya. Tak kurang Abu Sufyan yang awalnya adalah musuh besar, ketika futuh Makkah, menjadi pendukung Rasulullah.

Pemimpin sejati adalah pemimpin yang bisa menghimpun. Menghimpun segenap potensi di sekelilingnya, untuk bisa menjadikan dirinya sebagai bagian dari kebaikan, sebagai bagian dari rahmatan lil ‘alamin.

Siapa pun yang kini diamanahi sebagai pemimpin, hendaknya bisa menghimpun orang-orang yang memiliki ketulusan, kejujuran, kebaikan, profesionalisme, amanah.

Banyak pemimpin yang justru menghimpun orang-orang yang berpotensi merusak, dari fisik hingga psikis, dari material hingga spiritual. Orang-orang itu difasiitasi kekuasaan, sehingga kerusakan yang ditimbulkannya berdampak massal.

Semoga saja, momentum kemenangan ini, menjadikan pemimpin negeri di setiap tingkatan masyarakat, bisa memenangkan hati rakyat dengan menghimpun orang-orang yang dirahmati untuk melayani masyarakat. Sehingga tak ada lagi rakyat yang disakiti, didzalimi dan dicuri haknya, sehingga mereka dalam ketidakberdayaan akan memohon keadilan kepada Allah.

Sehingga, rakyat senang dengan pelayanan sepenuh hati, dan berdo’a untuk keberkahan dan negeri yang dirahmati Allah.

One thought on “Pemimpin yang Menghimpun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *