Usai menuntaskan program Renovasi Rumah Tinggal Keluarga Yatim, kami mendapatkan amanah untuk melakukan program renovasi rumah keluarga miskin dalam jumlah yang lebih banyak dan waktunya bersamaan.
Program ini mendapat bantuan kawan-kawan pengusaha muda di Bogor. Alhamdulillah.
Kendala muncul ketika salah satu persyaratan lolos seleksi program adalah hak kepemilikan rumah dan surat keterangan dari RT dan Kepala Desa.
Ternyata, Ketua RT-nya yang sudah diberikan cuma-cuma Rp 50 ribu, malah meminta kepada keluarga yang rumahnya akan direnovasi tersebut, Rp 10 ribu. Masyaallah. Sudah jelas, mereka mendapat program itu karena mereka miskin, masih juga ketua RT nya melakukan pungutan liar. Membantu tidak, menyusahkan malah.
Demikian juga dengan kondisi Kepala Desa, yang tak bereaksi ketika program Renovasi Rumah Tinggal Keluarga Yatim itu terjadi di depan matanya, di depan kantor Kepala Desa.
Yang lebih miris lagi, ternyata desa kami mendapat ‘jatah’ program 25 Rumah Tidak Layak Huni, dan sebenarnya, beberapa rumah yang kami pilih itu mendapatkan dana tersebut; akan tetapi, kabarnya aparat desa urung memberikan, karena diasumsikan sudah mendapat program dari kami. Padahal, kami hanyalah pihak warga yang berinisiatif melakukan program renovasi, karena bbrp rumah keluarga miskin itu sudah kadung dijanjikan pada masa kampanye ketika Kepala Desa akan mengajukan diri untuk pemilu desa periode kedua. Hingga akan berakhir jabatannya tahun depan, janji Sang Kades tak terealisasi, malah dirinya mendeklarasikan akan mencalonkan diri dari salah satu partai Islam untuk menjadi anggota legislatif di tingkat Kabupaten.
Kami tak menyerah, kami tak akan membiarkan orang-orang yang bersyahwat besar terhadap kekuasaan ini berkeliaran, menebar janji kemudian mengingkarinya. Pada saat yang sama, kami juga tak akan membiarkan orang-orang miskin tak mendapat haknya.
Sebenarnya kami berharap negara hadir untuk membersihkan harta orang kaya dan membuat rakyat miskin sejahtera, akan tetapi, negara kadang hadir kadang tidak di tengah-tengah rakyat; atau malah hadirnya seperti banjir besar Jakarta yang lima tahun sekali.
Kini, kami terus melakukan advokasi, memastikan bahwa warga miskin dengan rumah hampir roboh bisa tidur nyenyak tanpa harus khawatir rumahnya roboh atau bocor ketika hujan. Yang tidak bisa kami pastikan adalah aparat yang menjalankan birokrasi buruk yang mengambat setiap niat baik yang ingin kami lakukan.