“Innalillahi wa innailaihi raajiun. telah meninggal Bapak… di usia….karena”
Seperti rutinitas saja, hampir seminggu ini, setiap subuh, selalu ada pengumuman dari mesjid; mengabarkan tentang wafatnya salah satu penduduknya. Biasanya tepat di waktu dzuhur, di mesjid dekat rumah itu akan ada shalat ghaib.
Saya melanjutkan aktivitas. Dan mencari SIM A dan SIM C, karena akan melakukan perpanjangan; maklum, deket-deket mau habis masa berlakuknya.
Pagi-pagi saya berangkat menuju Polres Bogor di Kedung Halang, karena dulu bikin SIM-nya disana. Ngantri cukup lama. Nuansanya beda, relatif nyaman, secara fisik maupun psikis.
Usai perpanjangan SIM, saya ke kantor yayasan ILNA. Buka laptop, akses internet dan melihat kabar meninggalnya Mbah Surip, 10.30 di Jakarta.
Innalilahi wa innailaihi raajiun.
Saya lihat status facebook beberapa temen pun, ada yang mengucap belasungkawa. Milist pun, ada yang memberitakan wafatnya Mbah Surip.
Saya sampai menelpon isteri di rumah, mengabarkan kalau Mbah Surip meninggal…isteri saya cuma menjawab,
“Innalillahi.. kecapean kali ya…”
Saya juga ngga tahu, kenapa meninggalnya Mbah surip yang tak ada hubungan darah dengan saya, sampai membuat saya menelpon isteri untuk mengabarkan berita wafatnya Mbah Surip.
Saya pulang; langsung nyetel televisi dan pas saya lihat SBY, presiden RI yang bicara menyatakan belasungkawa terhadap meninggalnya Mbah Surip. Kalau lagi masa kampanye, mungkin saya ngga terlalu mikirin ya, biasa lah, orang kampanye suka dompleng popularitas orang lain khan….
Saya tertegun.. beginikah kondisi yang diinginkan Mbah Surip ketika meninggalnya? Apakah mbah Surip pernah membayangkan bahwa peristiwa meninggalnya akan diliput langsung oleh beberapa televisi, diberitakan oleh hampir semua stasiun televisi, tak hanya di infotainment, tapi di semua berita, termasuk running text beberapa televisi. Belum lagi liputan di dunia maya, portal-portal nasional, milist, dll. Disemayamkan di rumah WS Rendra, dan konon sudah menyediakan satu liang kubur untuk dirinya.
Saya yakin, cara Mbah Surip dikenang ketika meninggalnya, bukan karena dirinya kini milyarder, yang memperoleh 4.5 milyar rupiah, dari 80 juta pelanggan RBT Tak Gendong; meluncurkan 5 album dan meledak dengan 1 lagu; Tak Gendong.
Saya yakin Mbah Surip dikenang dengan cara seperti ini karena Mbah Surip telah menyentuh hati dan meninggalkan inspirasi tentang kesederhanaan, tentang hidup yang tak merumitkan.
Hampir sama dengan Michael Jackson walaupun dengan skala yang berbeda. Berbeda sangat dengan almarhum yang subuh tadi diumumkan persitiwa wafatnya melalui speaker mesjid; hanya sejangkauan speaker itulah kabar wafatnya terdengar.
Apakah seseorang bisa membayangkan seperti apa dirinya akan dikenang usai meninggalkan dunia fana? Berikan mereka inspirasi, sentuhlah hati banyak orang; maka insyaallah kita akan dikenang oleh orang-orang yang terinspirasi dan tersentuh hatinya.
Mbah Surip.. semoga nyaman di haribaan Yang Maha Penyayang. Semoga kali ini Mbah Surip yang digendong oleh malaikat kebaikan.
mndengan dgn cra brdoa psti qta akn sllu ingat dgn ssok tua rentan yg msh bza mnafkahi sluruh kluarga besarnya amieen yg jls mbah surip ttap d hti . . .