Pagi ini saya baca koran, kabarnya Deddy “Nagabonar” Mizwar akan maju sebagai Capres. Dia melakukan orasi politik. “Jenderal Nagabonar”, di TIM, Jum’at 27 Februari.
Deddy Mizwar identik dengan Nagabonar yang hatinya sangat cinta Indonesia. Keluguannya adalah potret zaman. Deddy Mizwar maju jadi capres karena miris melihat masih ada 40 juta rakyat miskin di negeri yang katanya kaya.
Fenomena Blok S (SBY), Blok M (Megawati), Blok J (Jusuf Kalla), Blok T (Tengah), bertambah dengan banyaknya orang yang peduli pada rakyat untuk maju jadi Capres. Bagus sih.
Mereka lupa, bahwa untuk menciptakan kesejahteraan, tidak melulu harus dengan menjadi presiden. Ini berarti menilai menjadi presiden adalah sebuah solusi sekaligus sebuah masalah.
Saya ingat dengan ucapan Nelson Mandela ketika mengundurkan diri sebagai Presiden Afrika Selatan, dia mengatakan bahwa menjadi presiden yang baik sama nilainya dengan menjadi warga negara yang baik.
Kita lihat saja, para Capres itu, bukan ketika mereka menjadi presiden sesuai dengan keinginannya; tapi, justru ketika mereka tidak menjadi presiden. Apakah mereka melakukan sesuatu yang real untuk rakyatnya, atau malah sibuk dengan kepentingannya sendiri atau golongannya. Kalau sibuk dengan kepentingan diri dan golongananya, yakinlah mereka bukan berniat untuk mensejahterakan rakyat, tapi mengincar kekuasaan dengan ‘alasan’ untuk mensejahterakan rakyat.
Aku dan mungkin sebagian orang mungkin juga berfikir seperti itu…. Rasa2 nya gampang sekali mencalonkan sebagai presiden demi kepentingan rakyat, tapi faktanya terlalu susah untuk di realisasikan.
banyak pilihan, baik secara statistik..tapi belum tentu baik dalam arti yang sebenarnya…