Hari ini saya lihat, lembaga-lembaga tersebut di headline koran Kompas, lengkap dengan gambar Gurita. Bukan dikupas prestasinya; tapi mereka muncul terkait dengan kasus korupsi. Data yang ditampilkan sungguh mencengangkan!
Di berbagai lembaga yang seharusnya melayani rakyat itu, korupsi merajalela. Vonis dijatuhkan oleh lembaga yang didalamnya juga terjadi korupsi. Penyelidikan dan penyidikan dilakukan oleh institusi yang didalamnya juga terjadi korupsi. Pemeriksaan dilakukan oleh institusi yang didalamnya juga terjadi korupsi. Pemberantasan dilakukan oleh institusi yang didalamnya juga terjadi korupsi.
Jayus!
Alias garing! Tidak berisi, tidak bermutu, satire, dan tentu saja mengganggu.
Jargon banyak diumbar. Staf ahli kepresidenan banyak direkrut. Kebanyakan malah bermain di ranah politis.
Adnan Buyung Nasution turun gunung. Bang Adnan Buyung yang reformis, mulai mendapatkan opini kiri kanan; kadang opininya tak proporsional. Akan tetapi, itulah cara Bang Adnan Buyung ingin memberikan kontribusi dan (semoga) bisa menguak kebenaran.
Jika teroris saja bisa ditemukan, kenapa para koruptor sulit ditangkap. Maka, staf ahli kepolisian pun menjawabnya dengan mengatakan bahwa menangkap koruptor itu bukan hanya ranah kepolisian, tapi juga KPK. Nah….!
Gayus Tambunan kini menuai akibat dari penimbunan hartanya. Penimbunan yang berujung pada ketidaktenangan hidup; karena hati kecil tak bisa berbohong.
Timbunan harta Gayus tentu kontras dengan kondisi ekonomi ayahnya; yang secara kasatmata diperlihatkan di layar kaca (rumahnya yang jauh dari mewah).
Gayus Tambunan jadi Jayus Timbunan; karena timbunan hartanya hanyalah puncak gunung es dari kebobrokan negeri yang penuh jargon ini; dan tarik ulur kasusnya membuat rakyat kembali banyak yang tak puas; terbukti dengan ramainya opini di media akan kondisi kasus terbaru ini.
Jayus..
Karena seolah kita disodori puzzle demi puzzle yang sepertinya perlahan tapi pasti dikeluarkan. Entah oleh siapa, untuk apa dan berapa lama….