Pagi banget berangkat ke terminal Damri. Gara-gara masih ngantuk, hampir aja nabrak kucing yang nyebrang tanpa melihat. Alhamdulillah, baik saya maupun kucing saling menyelematkan diri. Jadi ingat kata orang, kalau nabrak kucing, bisa-bisa sial. Bener ngga ya?

Percaya ngga percaya, peristiwa pagi ini mengantarkan saya ke memori puluhan tahun lalu, ketika masih SD. Waktu itu, tiba-tiba saja, datang 2 ekor kucing berwarna belang-belang kuning, khas kucing kampung, nyelonong ke rumah. Entah kucing siapa, tapi sejak saat itulah, kedua kucing itu jadi milik keluarga kami.

Nah, karena dari dulu saya memang suka ngasih nama terhadap apa pun. Pohon cengkeh hadiah sunatan waktu saya berumur 2 tahun saja saya kasih nama; Gondrong namanya. Kedua kucing ini juga saya kasih nama; Tono dan Tini. Ngga tau ide nama itu muncul darimana.

Sejak itulah, Tono dan Tini jadi teman kami bermain. Oh ya, keluarga saya itu keluarga besar yang jarak umurnya selang 3 tahun. Total anggota keluarga ada 7 orang, saya pangais bungsu alias bungsu ngga jadi alias no 6 dari 7 bersaudara. Namanya pangais bungsu (pengasuh bungsu), itu dimanjanya tanggung.

Tono dan Tini memang sepasang kekasih. Kemana-mana berdua. Kami sekeluarga menyayanginya. Hanya bapak saya aja yang ngga terlalu suka, karena sering pup di sarungnya. Mungkin karena bapak tak suka, maka Tini dan Tono pun merespon dengan ketidaksukaan. Makin jadi deh pupnya di sarung bapak saya. Bisa jadi, respon hewan itu adalah feedback dari respon kita ya.

Suatu hari, sampai bapak saya itu mau memisahkan Tono dan Tini dengan membuang Tono di Warung Loa, tempat yang lumayan jauh dari rumah. Apa yang terjadi? Subuh dibuang, dengan cara dikarungin dan dilepas di Warung Loa, siangnya sudah nongol lagi di depan rumah, disambut oleh Tini. Duh..melihat Tini menyambut Tono, indah bener.

Akhirnya bapak saya menyerah dan membiarkan Tono dan Tini jadi bagian dari keluarga.

Suatu hari, kakak saya yang nomor 2, punya sepeda baru dan tanpa sengaja, menabrak Tono. Tono mati, berdarah-darah. Sedih semuanya. Kakak saya yang nabrak itu juga nyesel banget. Dan ajaibnya, mitos sial setelah nabrak kucing, itu dialami kakak saya. Mulai dari kejepit pintu, kesandung sampai sepedanya nabrak tukang sayur.

Kakak saya yang nabrak itu pun berusaha ‘bertanggung jawab’. Dia mengambil inisiatif mengadakan prosesi penguburan Tono di kebun kami, persis di depan rumah. Kakak saya menggali lubang, ukuran kecil, dalamnya 50 cm. Tono dikuburkan. Tini tidak kelihatan. Mungkin sedih. Entah kemana dia.

Kakak saya memasukkan Tono yang sudah dikain kafani ke dalam kuburan kecil itu. Kemudian kakak saya mengazdani. Kami sekeluarga hadir disitu. Setelah selesai menguruk kuburan, ditaburi bunga, dan kakak saya membagikan uang Rp 25 kepada setiap yang hadir. Bertanggung jawab betul kakak saya, atau memang pengen buang sial?

Prosesi pemakaman Tono selesai. Kami pulang ke rumah. Sedih.

Sorenya, saya jalan-jalan ke belakang rumah, ada kebun juga. Saya kaget, disana saya melihat Tini yang tertimpa pohon pisang. Mati.

Duh. Sedihnya nambah lagi deh. Mirip Romeo dan Juliet saja. Satu mati, yang lainnya ikut.

Saya kasih tahu kakak-kakak saya. Kami pun segera mengadakan prosesi pemakaman. Masih dikomandoi kakak saya yang nabrak Tono, karena dia masih merasa bersalah. Prosesinya sama; gali kuburan kecil, memasukkan Tini yang sudah dikafani, menguruk, mem-bunga-i dan mengadzani.

Cuma, kali ini tak disertai dengan bagi-bagi uang Rp 25; karena kakak saya tak punya budget lagi..

Keesokan harinya, tak ada lagi ‘ngeong…ngeong…ngeong…’ dari Tono dan Tini. Saya sedih. Walaupun bapak saya sekarang lebih senang, karena tak usah mengendus sarungnya setiap kali akan memakainya menuju musholla.

Tono dan Tini..Tentang sepasang kucing terkasih

One thought on “Hampir Nabrak Kucing dan Tentang Tono dan Tini

  1. saya pernah tak sengaja menginjak seekor amak kucing. saya tidak melihat kalau ada anak kucing di jalur jalan saya di kost. dan… kress… terinjaklah anak kucing itu, berdarah-darah. buru-buru saya bawa ke luar kost. seharian itu perasaan saya tidak tenang, perasaan bersalah, dan selalu teringat bagaimana saya menginjak anak kucing itu. teringat mitos itu, harap-harap cemas kesialan apa yang akan saya alami sambil berdoa, mohon ampun pada Alloh dan meyakinkan diri bahwa mitos itu tidak benar. alhamdulillaah, tidak terjadi kesialan, :).
    siangya (kejadiannya pagi) saya melihat ibu dari anak kucing itu berada di tempat saya menaruh anak kucing itu. mungkin untuk menemani saat-saat terakhir anaknya T_T.
    Subhanallah, binatang pun memiliki rasa cinta.

  2. kata orang kucing memang binatang “keramat” kalau nabrak dan si kucing mati harus dikubur dengan layak plus bunga . Antara tahayul dan mitos… terserah kita mau percaya atau tidak. 🙂

  3. Waduh, jd inget kucing saya wkt kecil. Namanya Pleki (hhihi..nama yg aneh….). Tapi drmh yg paling tidak suka ada Pleki, ya mamah. Beliau trauma dg anak kucing, coz wkt msh kecil pernah melihat anak kucing terlindas dan berdarah2. Suatu hari, perut Pleki terlihat lebih gendut dr biasanya,ia hamil!!. Mamah tentu jadi panik, dan tanpa sepengetahuanku dan adik, bapakpun membuang Pleki ke t4 yg jauuuuh… shg Pleki tak bs kembali lagi krmh kami. Duhh, sedihnyaaa…
    Tp bapak menggantinya dg membelikan kami sepasang anak kelinci, yg satu berwarna putih namanya jedo, dan yg hitam bernama jeki.
    Jd lupa deh ama sedihnya kehilangan Pleki, hehehe…

  4. ..tadi malem saya nabrak anak kucing ga sengaja.. tu kucing sebenarnya udah nyebrang makanya saya jalan terus.. tapi entah kenapa dia sepertinya balik nyebrang lagi dan saat itulah dia terinjak ban belakang motor saya… kreek.. berdarah..kelojotan sesaat kemudian mati… ya udah saya bawa pulang terus saya kubur malam itu juga… menurutku sih kayaknya ga ada hubungan deh antara nabrak kucing dengan kesialan.. kan kita juga ga sengaja.. kalo orang tua dulu nyuruh kita buat mengkuburkan kucing yang kita tabrak mungkin itu memang sudah semestinya kita harus bertanggung jawab karena kita yang tabrak, lagipula jika tidak dikubur dan dibuang begitu saja kan bangkainya akan bauu…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *