Makin aneh saja perilaku para caleg gagal pasca pemilu yang juga aneh ini. Tak hanya yang gila, stress meninggal, berhutang, tapi ada juga yang melakukan klaim terhadap fasilitas public. Mirip orang hajatan, yang kebetulan rumahnya berada di pinggir jalan umum, kemudian memblokir jalan dan merepotkan pengguna jalan karena harus memutar melalui jalan yang lebih jauh.
Ada yang menyegel lapak di pasar, karena tak dipilih oleh mayoritas para pedagang lapak. Ternyata itu merugikan hingga puluhan, bahkan bisa jadi ratusan juta rupiah.
Ada yang menyegel mata air milik keluarga yang sebenarnya juga menjadi sumber mata air bagi masyarakat. Tentu, klaimnya adalah kecewa karena dirinya tak dipilih oleh mayoritas warga.
Lebih parah lagi, ada yang menyegel sekolah, sehingga aktivitas belajar terhenti, bahkan ada siswa yang belajar harus di luar gerbang sekolah.
Caleg gagal ini kemudian jadi tukang segel, bisa karena beberapa hal, yaitu tak lapang hatinya dengan kekalahan dan punya motif yang sebenarnya bukan untuk mewakili rakyat, akan tetapi sebenarnya untuk memenuhi ambisi pribadinya.
Melihat perilaku mereka seperti itu, tak heran jika pasca pemilu, sebenarnya pengangguran akan makin meningkat, pengangguran ini tentu saja pengangguran intelektual, karena banyak orang yang jadi caleg berharap mendapat pekerjaan baru.
Sementara di televisi, banyak ulasan membahas koalisi, pilpres, kelanjutan nasib para elite politik, plus para artis yang berpeluang lolos sebagai legislator. Rakyat ini hanya dilihat sebagai jumlah saja. Usai nyontreng, ya mereka tak lagi dipikirkan, malah banyak yang dirugikan tanpa tahu bagaimana mereka memperjuangkan kerugian itu.
ckckckc.. begitu amat..