Dari beberapa ustadz (ulama) di kampung saya, ada satu orang yang belum naik haji. Orangnya sederhana; tapi ilmunya dalam sekali. Punya pesantren tradisional.. Anaknya pun kini punya pesantren.

Dulu, waktu saya jadi kreatif Naik Haji Gratis di SCTV… saya (tadinya) mengusulkan beliau ini yang mendapat ‘jatah’ Naik Haji Gratis. Tapi karena alasan gender, maka, beliau tak terpilih…

Kemarin, usai ‘ziarah’ ke Monas dan mengikuti Kampanye Zakat di Bundaran HI.. saya ngobrol dengan anaknya… yang merupakan ibu dari 2 anak yatim yang kami bina di Pondok Yatim Menulis…

Saya bertanya tentang ayahnya…. Beliau yang menjadi ustadz dan ulama itu..
BS=saya, AU=Anak Ustadz

BS: “Abah udah naik haji belum..?”
AU: “Belum.. kayanya belum rezeki.. ini lagi ikhtiar..”
BS: “Moga-moga ada rezeki segera ya….khan usianya juga sudah makin sepuh..”
AU: “Iya…. dulu sih dananya sudah terkumpul… pas mau berangkat…”
BS: “Terus kenapa ngga jadi berangkat..”
AU: “Iya.. waktu itu Abah masih tinggal di Sukabumi.. tetangganya ada yang stress… saking pengennya naik haji..”
BS: “Stress gimana?”

Insting penulis saya mulai bergerak… #curiousity

AU: “Iya… Bapak yang stress itu, sudah selametan mau naik haji.. padahal dananya belum ada… makin deket waktu berangkat.. makin stress..”
BS: “Terus.. Abah… ngasih dana hajinya buat orang itu…?”
AU: “Iya… dana naik haji Abah dan isteri Abah dikasih buat orang itu…”

Speechless…..

BS: “Terus….?”
AU: “Ya udah… dikasih gitu aja… dibilang, mungkin itu rezeki dari Allah melalui Abah…ya dititipi saja..”
BS: “Orang yang dihajiin itu sekarang dimana?”
AU: “Sudah meninggal, ngga beberapa lama setelah naik haji..”

Speechless…..

Ini saya nulis sambil merinding… ngeyembeng air mata… itu yang saya rasakan, kalau nulis pake jari yang digerakkan hati.. ingin sekali berbagi..

Saya tertegun.. merasakan bahwa, ke-mabrur-an sudah didapat Abah, sebelum beliau naik haji.
Abah memang tak kaya, tapi Abah memiliki kekayaan dalam kemiskinannya….

Kaya hatinya…

Gembira sekali saya bisa membina cucu-cucunya di Pondok Yatim Menulis.. semoga melalui mereka, Abahnya bisa naik haji.. dan tidak bertemu dengan orang stress di deket rumahnya…..

Dan saya yakin.. orang yang kaya hati, sebenarnya tak pernah miskin.. dan orang yang miskin hati, pun tak akan pernah kaya (sejatinya)…

BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN…

Abah kini sudah tiada. Ustadz sederhana dan berkharisma itu dijemput dan berada dalam kehangatan dekapan Allah SWT di alam baka.

Kemarin sore saya mengunjungi puterinya. Mengantarkan donasi untuk cucunya Abah. Kemudian saya berbincang tentang rencana kegiatan Pondok Yatim Menulis tahun depan yang fokus pada pendidikan anak usia dini; salah satunya dengan membentuk taman bermain.

Usai bincang-bincang, saya diajak oleh anaknya Abah untuk melihat pembangunan mesjid megah di kampung kami. Mungkin mesjid termegah se kecamatan.

Saya tanya: “ini mesjid dari siapa?”

Anaknya Abah menjawab: “ini mesjid hibah dari orang Arab yang berwasiat kepada istrinya yang orang Indonesia. Dia memberikan dana pembangunan sepenuhnya, berikut tukang-tukang yang mengerjakannya. Lebih dari 1 Milyar. Ngga mau dibantu, pokoknya sampai beres, dan setelah itu tinggal diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk masyarakat.”

Saya nanya lagi: “beneran ngga mau dibantu?”

Anaknya Abah: “ya.. makanya, kita sih melihat saja. Sebenarnya ini seperti jawaban do’a Abah waktu masih hidup dulu; punya visi mendirikan mesjid jami, mesjid besar. Terwujudnya justru setelah Abah wafat.”

Oh…

Ternyata ada dua manusia yang meninggalkan dunia fana, dipanggil Allah, tapi berkomunikasi dengan penuh kasih sayang kepada sesama.

Satu orang–orang Arab yang wafat dan berwasiat untuk menghibahkan mesjid. Satu orang lagi–Abah, yang berdo’a sangat keras agar ada mesjid megah di kampungnya.

Komunikasi tanpa kata itu pun dipertemukan oleh Allah, justru ketika keduanya tiada. Dan manusia yang masih hiduplah yang mendapatkan manfaatnya.

Saya merenung dan mulai menyusun rencana-rencana ke depan untuk memamkmurkan mesjid yang mempertemukan dua cita-cita mulia dari orang-orang shalih yang sudah tiada.

Semoga keduanya kini bercengkrama mesra di alam sana.

Ya Allah, sayangilah mereka. Kabarkan kepada mereka, bahwa cintanya kepada mesjid, membuat kami mencintai-Mu sangat…!

One thought on “Wasiat Mesjid 1 Milyar

  1. subhanallah … subhanallah … subhanallah … merinding bacanya … jd malu ati … sama orang2 sholih yg punya niat mulia. saat ini kita hanya sebatas memikirkan diri sendiri. kang baban … jadi pengin bergabung memakmurkan mesjid nih

  2. Tidak banyak orang seperti Abah yg rela memberikan biaya haji kpd orang lain padahal beliau pun ingin sekali berhaji

Leave a Reply to tia Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *