Ini tentang seseorang yang sudah beristri. Di kantor seringkali ketiduran. Namun, karena karyawan kantornya itu punya hobi berhusnudzon, maka setiap melihat si Tukang Tidur ini, berkata:

“Aduh.. kasihan banget ya, sampai ketiduran begitu. Mungkin di rumahnya bantuin isteri masak atau beresin rumah.”

Sesaat kemudian dia bangun, dan beberapa saat berikutnya ketiduran lagi. Komentar dari orang-orang baik di sekelilingnya tetap sama,

“kalau kerja keras bantuin isteri di rumah, emang begini akibatnya. Ngga apa-apalah. Tidur khan juga nikmat.”

Beranjak sore, ketika waktu kantor usai, semua karyawan pulang, termasuk si Tukang Tidur. Sampai di rumah, usai shalat maghrib, tak berapa lama, si Tukang Tidur itu pun terlelap di ruang tamu.

Isterinya, yang baru saja akan menyiapkan minuman dan makanan ringan, melihat suaminya tertidur seperti itu, segera mengambil selimut dan menyelimuti suaminya. Isterinya berhusnudzon, sambil berkata:

“Wah.. suamiku ini memang pekerja keras. Di kantor pasti banyak kerjaan, sampai belum makan saja sudah ketiduran. Biarlah, biar istirahat yang cukup, supaya besok segar masuk kantor.”

Hmmmm. Di kantor dia ketiduran, bukan karena membantu isterinya di rumah. Di rumah, dia ketiduran bukan karena bekerja keras di kantor. Memang dasarnya tukang tidur. Tapi,  ini si Tukang Tidur yang beruntung, karena dikelilingi oleh orang-orang yang selalu berhusnudzon.

One thought on “Tukang Tidur yang Beruntung

  1. kekekekekk..

    berarti yang baik itu siapa..???
    hmm lingkungan yang bagus..

    gak dalam porsi menilai siapa yang baik deh.. pokoknya itu lingkungan ideal untuk orang yang punya kebiasaan yang tidak ideal…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *