Menggema suara di Stadion Utama..
“Sayonara.. Sayonara.. Mari Berjumpa Pulang
Buat Apa Nurdin.. Buat Apa Nurdin.. Nurdin itu Tak Ada Gunanya….”
Di ujung Indonesia;
Bencana Wasior di Papua menelan lebih dari 100 jiwa. Seorang anak Papua bernama Boaz Salosa mencetak gol di Senayan, Jakarta.
SBY membatalkan rencana ke Belanda. RMS biang keladinya. SBY bicara tentang harga diri bangsa. SBY ‘takut’ terkait dengan pengadilan. Kesebelasan Uruguay datang. SBY ada di Istora. Menyalami setiap pemain; dan entah melambai kepada siapa.
Skor 1 : 7 untuk Indonesia. Boaz Salosa, asal Papua yang mempersembahkan golnya. Hanya satu gol. Gol yang teramat cantik; gol yang tercipta karena Boaz yang berkali-kali diabaikan PSSI ketika cedera tak luntur cintanya kepada merah putih; tak pernah lepas Garuda dari dadanya.
SBY ke lapangan ditemani Nurdin Halid; yang pernah punya cacat sejarah karena tak sportif dalam dunia usaha yang ditekuninya; memimpin lembaga olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas. Tak padu antara kata dengan laku.
SBY bicara soal harga diri dan harga baju; mengatakan bahwa tak sepeserpun uang negara ‘melekat’ di bajunya. Organisasi FITRA punya bukti bahwa baju Presiden dibiayai oleh negara. Tak padu antara laku dengan kata.
Kesebelasan Uruguay datang dengan harga diri. Seolah ini bukan pertandingan persahabatan. Terus persisten melakukan serangan. Luiz Suarez dan Cavani main bola dengan penuh keyakinan. Harga diri mereka dibangun dari keberanian.
Indonesia lumayan, mencetak gol lebih dulu; kemudian ketakutan. Set pertama kalah 7:1; tak ada set ke-2 seperti ketika Uruguay kalah 2-1 beberapa tahun yang lalu. Dan ini bukan bulutangkis.
Pelajaran tentang harga diri dari Uruguay. Bertanding dengan penuh keberanian. Keberanian itulah bahan bakar harga diri.
SBY tak jadi ke Belanda. ‘Takut’, berkenaan dengan pengadilan di Den Haag dari sekelompok kecil orang. Ketakutan tak akan membentuh harga diri. RMS mendunia, karena pembatalan keberangkatan SBY. SBY muncul di Istora, entah dengan maksud apa; padahal ini hanyalah pertandingan persahabatan saja. Mungkin hanya memenuhi undangan saja.Tak berisiko apa-apa. Toh, kalau kalah pun biasa.
Menggema suara di Stadion Utama..
“Sayonara.. Sayonara.. Mari Berjumpa Pulang
Buat Apa Nurdin.. Buat Apa Nurdin.. Nurdin itu Tak Ada Gunanya….”
Mungkin karena tak ada gunanya, maka ia disana. Entah….
Di Wasior, masyarakatnya berjuang. Semoga mereka mendapat perhatian. Di dada mereka juga ada Garuda. Di rumah mereka juga ada merah putih. Membantu mereka juga adalah bentuk harga diri bangsa.
iya golnya itu gol pancingan aja buat ina…udah itu babat abis sampe 7 Gol…hehe
makin terdengar teriakan2 nurdin mundur selapangan 😀
Miris..