Malam ini menemani Helmy Yahya nonton Quantum of Solace di Senayan City. Sebelumnya mengikuti meeting di Mall Taman Anggrek, sambil lirik-lirik toko buku Gramedia, nunggu datangnya Maryamah Karpov. Katanya di toko buku itu akan di drop 1000 buku. Meeting beres, saya pun mampir ke toko buku Gramedia, menanyakan Maryamah Karpov. Habis sejak pagi.

Saya langsung menuju Senayan City. Hari sudah sore. Sampai di Sensi, langsung menuju toko buku dan mencari Maryamah Karpov. Masih banyak. Saya beli 2, walaupun harganya ngga murah. Rp 79.900,- lumayan mahal untuk ukuran novel Indonesia. Tapi, ngga apa-apa lah, menghargai karya anak bangsa. Saya beli dua, karena salah satunya titipan teman saya.

Bergegas, saya menemani Helmy Yahya menuju bioskop XXI. Filmnya udah hampir main. Tiket didapat, langsung menuju ke nomor kursi. Dapat deretan rada belakang. Rupanya penonton sedikit saja. Film Quantum of Solace kali ini agak berbeda dengan film James Bond lainnya. Disebut banyak orang sebagai Bloody James Bond, karena berdarah-darah dan kasar banget. Adegan dengan Bond girlnya pun minim. Tidak seperti biasanya. Menonton Quantum of Solace rasa-rasanya seperti menonton Transporter. Gradak gruduk. Berantemnya jalanan banget.

Pulang nonton, langsung nongkrong di Coffe Been. Di jalan, ketemu dengan Yoris Sebastian. Hmmm, anak muda yang penuh semangat. Saya mengenalnya sebagai juri Black Innovation Award; beberapa kali nongol di program Black Innovation Award goes to Campuss, bahkan pernah juga saya lihat di Black in News di Trans 7.

Yoris Sebastian bertukar sapa dengan Helmy Yahya:

“Lagi ngerjain apa lu?” kata Helmy Yahya

“Biasa…jadi konsultan beberapa perusahaan” jawab Yoris

“Ngapain?” tanya Helmy Yahya lagi.

“Ngerjain apa yang mereka butuhkan aja, ngga jauh-jauh dari ide-ide kreatif lah…” jawab Yoris, enteng menjelaskan tentang Oh My Goodness (OMG) Consulting yang didirikannya. OMG membantu klien yang mau melakukan bisnis secara berbeda atau istilahnya ala “Oh my Goodness”.

Percakapan singkat itu berakhir. Yoris Sebastian pamitan.

Saya ngikut nongkrong dengan Helmy Yahya di Coffee Bean. Menyaksikan dia digilir oleh beberapa tamu. Salah satunya band anaknya yang bentar lagi mau launching album.

Sambil buka laptop, saya mikirin kejadian hari ini.

1. Quantum of Solace

2. Yoris Sebastian

3. Helmy Yahya

Sepertinya ada benang merah yang menghubungkan ketiganya.

Apa ya?

INNOVATION!!!!!!

Yup.. bener banget. Ketiganya bicara inovasi.

Helmy Yahya dan Yoris Sebastian adalah dua dari sekian banyak orang yang pintar dan kreatif. Tapi, apakah yang membuatnya stand out of the crowd, berbeda dari yang lain? Benar, inovasi.

Menurut saya, beda banget antara pintar, cerdas, kreatif dan inovatif

1. Kepintaran adalah kemampuan Anda dalam menyerap informasi. Ketika Anda mampu membaca dan mengambil ilmu pengetahuan dari buku atau informasi yang Anda serap, Anda cukup pintar. Akan tetapi, kepintaran berhenti disitu saja. Orang pintar memiliki banyak pengetahuan, akan tetapi kadang menghambatnya dalam pengambilan keputusan, karena pengetahuan yang banyak itu memberikan banyak informasi.

2. Kecerdasan adalah kemampuan mengelola kepintaran. Orang yang sukses kadang orang yang tidak terlalu pintar, akan tetapi bisa mengelola orang pintar. Kecerdasan membuat Anda tahu siapa orang pintar yang cocok mengerjakan jenis pekerjaan tertentu. Kecerdasan membuat Anda bisa mengambil keuntungan dari kombinasi kepintaran.

3. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat perbedaan. Orang yang kreatif adalah orang yang melihat hal yang sama tapi berpikir dengan cara yang berbeda. Kreativitas menghasilkan perbedaan dan orang yang kreatif bisa stand out of the crowd, tampil diantara kerumunan orang. Perbedaan membuat peluang baru terbuka.

4. Inovasi adalah kemampuan untuk menemukan nilai komersil dari kreativitas. Inovasi membuat kreativitas tidak cukup untuk meraih sukses. Kreatif hanya membuat perbedaan, inovasi membuat perbedaan tersebut memiliki nilai komersil.

Quantum of Solace adalah produk inovatif. Kekuatan ide Ian Flemming yang membuatnya masih laku sampai sekarang, tak lekang dimakan zaman. Ketika indikator inovatif adalah nilai komersial, maka Quantum of Solace membuktikannya. Filmnya sudah untung bahkan sebelum diputar, karena didukung hampir 20 sponsor produk bermerk internasional, mulai dari Sony Erricson, Austin Martin dan lain-lainnya. Jangan-jangan oli yang digunakan untuk membunuh penjahatnya pun sponsor juga?

Yoris Sebastian, so pasti inovatif. I Like Monday nya jadi trend setter. Tahun 2006, dia memenangi International Young Music Entrepreneur Of The Year Award (IYMEY) yang diselenggarakan oleh British Council di Indonesia. Lantas, ia berangkat ke Inggris pada Juni 2006 mewakili Indonesia berkompetisi dengan finalis lain dari Argentina, Estonia, India, Kenya, Libanon, Maroko, Nigeria, Polandia, dan Venezuela. Pulang ke Indonesia sebagai salah satu juara.

Helmy Yahya.. jangan dibilang. Lebih dari 100 karya televisi, 14 Panasonic Award, 3 Asian Television award, penghargaan dari berbagai media adalah pengakuan atas inovasi. Perusahaannya, PT Triwarsana pun adalah perusahaan terbesar untuk non drama.

Produk dan orang-orang inovatif itu dengan sendirinya membentuk komunitas sendiri. Karena memang unik dan jumlahnya sedikit. Komunitas-komunitas khas dan unik itulah yang memang harusnya dibangun. Berangkat dari kesamaan identitas, siapa tahu berkembang menjadi kesamaan mimpi untuk menjadi komunitas penggerak inovasi.

Yang jelas, kreatif saja tidak cukup, karena harus ada usaha untuk melakukan komersialisasi, agar kreativitas itu ada yang membeli.

One thought on “Quantum of Solace, Helmy Yahya dan Yoris Sebastian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *