Pagi tadi saya mau kirim buku AMPUH ke dua teman saya, satu di Jogja, satu lagi di Surabaya. Mereka minta dikirim buku padahal ada bukunya di Gramedia, karena pengen ada tanda tangan sama note dari penulis (taela, padahal penulisnya masih katro begini)…

Saya bawa motor ke kantor pos, bareng sama isteri dan anak. Ketika sampai sana, saya dikagetkan oleh bunyi peluit…

“Priiiiiiiiiiiiit”

Saya cari-cari ternyata berasal dari seorang pemuda, berpakaian lusuh, bertopi dan dimulutnya ada peluit. Dia hanya menggerakan tangan saja, tak menghampiri saya. Dia duduk di bawah pohon, berdua dengan pria, temannya, dan di tengah mereka ada papan catur.

Saya langsung parkir dan mengunci motor. Saya masuk dan mengirim paket buku. Motor sebenarnya kelihatan dari dalam kantor pos. Dan, saya lihat tukang parkir itu asyik main catur.

Setelah selesai, saya keluar lagi dan mengambil motor. Persis pada saat saya sudah menaiki motor dan akan keluar kantor pos, terdengar lagi suara..

“Priiiiiiiiiit”

Kali ini dia beranjak menuju saya. Tangan kanannya meminta uang. Saya beri 500 perak, toh sebentar, dan dari dalam pun motornya diawasi isteri saya. Dia bilang..

“Seribu pak..”

Saya pun mengambil uang seribuan dan memberikan kepada tukang parkir itu.

Hmmmm.. enak juga ya kerja begitu. Ngga usah jagain motor, modal priiiiiit doang, bisa asyik main catur, di bawah pohon lagi. Begitu motor keluar, tinggal priiiiiit lagi dan dapet deh uang 1000.

Yah, paling nggak, tukang parkir itu tidak nganggur. Mungkin aja dia calon wasit liga Indonesia masa depan. Saya melaju dengan motor, pulang. Tukang parkir itu sepertinya asyik melanjutkan main caturnya. Untung main caturnya ngga pake wasit.