22

Apr 2009

Pengamen Amnesia

Pagi ini saya pergi ke kantor menggunakan bis. Mendapat tempat duduk tepat di tengah, yang tidak banyak diminati, karena biasanya di posisi itu, ada pagar bagus, yaitu seorang pengamen lengkap dengan gitarnya.

Sama seperti saat ini. Di samping saya juga ada pengamen yang memainkan gitarnya. Biasa, dia mulai dengan prolog..

”Mohon maaf bapak dan ibu, ijinkan kami mencari nafkah yang halal. Mohn maaf jika tak berkenan, utamanya untuk bapak atau ibu yang berada di depan dan belakang saya. Saya akan menyanyikan beberapa lagu untuk menemani perjalanan bapak. Selamat menikmati..”

Mulailah pengamen itu menyanyikan lagu. Pertama dia menyanyi normal-normal saja, lagu-lagu standar. Suaranya juga lumayan enak, tidak terlalu keras. Lumayan untuk menemani perjalanan. Yang lebih menyenangkan lagi, lagu-lagu yang dinyanyikan pun lagu-lagu oldiest, tahun 70-an lah.

Setelah bernyanyi beberapa lagu, sebenarnya perjalanan masih panjang, pengamen itu mengambil kantong plastik permen dan meminta ’iuran’ mulai dari penumpang depan.

Satu demi satu penumpang disodori kantong. Tapi, entah kenapa, rupanya uang yang diterimanya tak cukup banyak. Setelah sampai di bangku belakang, dan semua penumpang sudah dimintai ’iuran’; mungkin karena merasa kurang, kemudian dia kembali ke posisi semula, di bagian tengah bis, tepat di samping saya lagi.

Pengamen itu bernyanyi lagi. Awalnya lagu slow, lumayan enak, tapi lama-lama berganti menjadi lagu keras alias metal. Mungkin karena emosi, antara apa yang dinyanyikan dengan petikan gitarnya pun ngga nyambung. Jadi, lebih mirip orang yang teriak-teriak ngga jelas. Ganggu banget.

Setelah selesai lagu dinyanyikan, dia kembali ke bangku depan, dan menyodorkan kantong ’iuran’. Bukan hanya yang belum memberi, yang sudah memberi pun diminta lagi.

Sampai belakang, dia lihat ke dalam kantongnya. Tak puas, akhirnya pengamen itu kembali ke posisi depan bis. Kali ini lagunya langsung lagu metal.

Setelah selesai teriak-teriak, dia kemudian nagih lagi. Bukan hanya yang sudah memberi tadi, malah yang ketiduran pun dibangunkan. Beberapa penumpang malah ngga mau ngasih dan nyolot ke pengamen itu.

Wah.. benar-benar pertunjukan dari pengamen yang aneh. Pengamen itu amnesia rupanya. Lupa kalau dia sudah mengamen dan meminta iuran. Tak puas dia dengan apa yang diperolehnya. Tak berpikir dia dengan ketidaknyamanan para penumpang yang membayar untuk menaiki bi situ. Padahal, pengamen itu gratis naik bis.

Tapi, apa pun alasannya, mereka sedang mencari nafkah, walaupun dengan pura-pura amnesia dan membuat orang lain tak nyaman.

((Ini cerita dari seorang teman yang minta diceritain ke teman-teman. Inisialnya DF. Saya lihat statusnya, Bete ama pengamen yang Bete, katanya. Saya chat, jadilah tulisan ini…hehehehe.)))

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *