Selasa malam, saya baru sempat nonton film King. Film dengan pesan sederhana namun dalam; tentang buah dari tekad dan kerja keras.
Guntur, seorang anak desa yang tinggal di tengah-tengah keluarga dan masyarakat yang berharap banyak akan hadirnya seorang ‘pahlawan’ di tengah-tengah mereka. Menumpukkan harapan itu di pundak seorang anak kecil bernama Guntur. Temannya, teman barunya, gurunya, kepala desanya, dan utamanya adalah ayahnya sendiri, yang punya obsesi untuk membuat Guntur jadi juara.
Film yang mengalir dengan banyak tempelan. Beberapa karena jadi sponsor, beberapa gambar indah, yang kadang tak terkait cerita. Tak apa, karena itu memang enak dipandang mata. Yang membuat saya bertanya adalah tokoh-tokoh yang seolah hanya ‘tempelan’ dalam mengisi plot cerita. (Mungkin karena sebelumnya menonton film Garuda di Dadaku), jadi terasa plot cerita yang hampir sama. Keberadaan tokoh-tokoh di sekitar Guntur, memang menjadi bagian dari usaha Guntur meraih kesuksesan; tapi beberapa terasa berlebihan.
Di milist Blogor, komunitas blog yang saya ikuti, ada yang bilang nonton King bikin merinding; memang benar; di beberapa adegan, cerita film ini bikin berinding, seperti ketika Raden memasang tanda penunjuk arah rumah Guntur
“Supaya Pak Pos tak tersesat…” kata Raden. Duh..dalam banget…
dan, kalimat…
“Bukan cuma kamu saja yang berharap, tapi kami juga berharap…”
Dan tentu saja, ketika Liem Swie King menyematkan jaketnya di badan Guntur. Dejavu bagi setiap orang yang pernah mengalami hal yang sama dan pasti tak lupa dengan apa yang dirasa dihatinya, ketika bertemu dengan setiap idola.
Kata Raden (lagi), ketika Guntur mulai tak punya semangat untuk meraih apa yang ditekadkannya.
Menonton film ini seperti sudah tahu ujung ceritanya akan menjadi seperti apa. Menjadi tak lagi ditunggu, Guntur akan menjadi juara di tingkat apa; karena sesungguhnya, ketika seseorang sudah berusaha keras, bertekad keras untuk meraih mimpinya, itulah mental juara yang sudah ada di dalam dirinya.
Saya menikmati setiap gambar yang ditampilkan film King.
Terima kasih kepada Ari Sihasale dan tim yang sudah menyajikan cerita yang menggugah seperti ini, semoga tak hanya tentang olahraga saja.
Saya belum nonton film tsb, tapi membaca ulasan singkat ini, ikut tergugah dan sama-sama belajar menghargai setiap kehidupan – siapapun dia -, terutama orang-orang di sekitar kita. Semoga, banyak lagi ‘gambar-gambar’ yang akan dibuat mengenai orang-orang itu.
saya juga belum sempat nonton, tapi menurutku filmnya inspiratif sekali
lam kenal pak
Langsung ke TKP ah…
Kayaknya bagus tuh…
tankz referensinya, ntr ton ah
di rental udah ada belum yah??
sy blm nonton, tp ktny bgus,,
yang saya takjub dari film ini adalah sinematografinya. angle-angle kamera yang diambil sangat bagus dan tidak seperti film indonesia kebanyakan…memang ceritanya mudah ditebak, namun film ini banyak sekali memberikan pesan-pesan yang inspiratif. seperti persahabatan, kasih sayang orang tua kepada anaknya, kerukunan warga, nasionalisme, dan yang paling penting adalah terwujudnya sebuah mimpi yang diraih oleh hasil kerja keras…mudah-mudahan saja film indonesia ke depan akan lebih bernilai dan memberikan pesan-pesan yang positif tentang kehidupan….maju terus film indonesia…