Ini cerita masa SMA, saat saya kelas 2 di SMA 1 Bogor.

Saat itu saya jadi pengurus Dewan Kerja (tanpa) Musholla, karena pengurusnya sudah ada, tapi mushollanya ngga jadi-jadi. Saat itu hari Jum’at, dan kami harus menyiapkan shalat Jum’at. Ketiadaan musholla membuat kami yang hanya bermodal karpet, tikar, sajadah yang agak bagus buat imam, standing mike, speaker dan tali rafia (ini berfungsi untuk membatasi wilayah shalat Jum’at agar  tidak dilewati oleh siswa yang tidak sholat Jum’at).

Ada komponen sholat Jum’at yang harus terpenuhi, yang pertama tentu saja jumlah jamaah yang lebih dari 40 orang; alhamdulillah terpenuhi. Muadzin, juga terpenuhi, saat itu M. Wartaka dari kelas Bio yang jadi muadzinnya, karena sejak SMP, memang menjadi pilihan utama kalau adzan (pilihan utama menurut siapa, sampai sekarang masih misteri).

Yang paling krusial adalah khatib dan imamnya. Karena ini sholat Jum’at dari siswa oleh siswa dan untuk siswa, maka dicarilah kandidat khatib yang mumpuni. Terpilih kemudian  kakak kami, mantan pengurus musholla tahun sebelumnya, berinisial AM, yang lulusan pesantren dan memang aktif dalam pengajian. Kebetulan pula, AM ini memang sangat suka berdeklamasi dan agak seniman orangnya.

Sholat Jum’at berjalan lancar. Tahap demi tahap bisa dilalui dengan baik.Tibalah khatib maju ke depan standing mic, tanpa mimbar. Jadilah AM, dengan celana abu-abu, baju putih, kancing atasnya terbuka sedikit menjadi khatib. Memang dasarnya deklamator yang suka bermain drama, maka isi khutbah Jum’at itu seperti pembacaan puisi, penuh intonasi yang turun naik, seperti mendongeng. Kami, para jamaah, yang biasanya datang ke sholat Jum’at sebagai terapi untuk kesulitan tidur (karena kalau sulit tidur, datanglah ke sholat Jum’at, beberapa orang dengan mudah tertidur), kini terbangun, terpaku  mendengar khutbah yang disampaikan.

Sang khatib, AM,  menyampaikan materi khutbah tentang proses masuk Islamnya syaidina Umar Ibn Khattab. Proses yang dramatis, karena didahului dengan kemarahannya, ketika mendengar adiknya dan adik iparnya masuk Islam. AM bercerita dengan penuh dramatisasi disana sini. Puncaknya ketika AM bercerita bahwa Umar Ibn Khattab, mendatangi rumah adiknya dan mendengarkan adiknya sedang mengaji, maka AM dengan lantang berkata…

“Ketika Umar Ibn Khattab mendatangi rumah adiknya dan mendengar suara adiknya sedang mengaji, maka Umar pun mengeluarkan pedangnya dan …”He-Man!””

(Ket: He Man adalah karakter pahlawan dalam kartun yang selalu membawa pedang, dan ketika mengeluarkan pedang selalu mengatakan ‘by the power of grey skull…He Man’)

“Hwahahahahahahahahahhahaha…”

Semua jamaah ketawa, ngakak abis, termasuk saya.  Semua jamaah hari itu tidak mendapat pahala shalat Jum’at saat itu, karena memang tidak dibolehkan bicara ketika shalat Jum’at. Gimana ngga ketawa, ngedenger dan ngeliat sang Khatib AM menceritakan khutbah Jum’at seperti itu.

Walaupun jamaah masih ada yang ketawa, baik yang cekikikan maupun dalam hati, shalat Jum’at tetap diteruskan, sampai selesai.

Usai shalat, saya menyalami AM, sebagai khatib Jum’at yang sukses membuat tidak satu pun jamaah tertidur, sekaligus gagal, karena membuat seluruh jamaah tidak mendapat pahala shalat Jum’at.

(Ket: sengaja saya  menggunakan inisial AM, karena beliau sekarang menjadi orang yang sangat terhormat, takutnya cerita ini aib. Kalau M. Wartaka bukan nama samaran, tapi nama sebenarnya.. peace Bro!)

One thought on “Khotib yang berteriak “He-Man!”

  1. huahahaha.. mungkin Tuhan punya rasa humor juga kali ya..

    setuju.. jadi inget film Bruce AlMighty, sama buku “Meniru Kreativitas Tuhan..”, memang Tuhan punya rasa humor kok…

  2. Wah kalo saya ada di masjid itu mungkin saya juga ga bisa nahan tawa.

    Saya jadi inget pas disuruh jadi MC pengatur shalat jumat di masjid sekolah (SMA), saya mempersilakan khotib yang kebetulan Wakasek tanpa pakai kata Bapak langsung sebut nama. Kontan beberapa jamaah tertawa. Untung yg ini ga membatalkan sholat jumat karena belum khutbah hehehe
    Kang Achoey ternyata dari dulu sudah jadi MC ya… semoga makin kompeten di bidangnya…

  3. ngakak polll
    kreatif tapi sekaligus efektif untuk menghancurkan semuanya…
    : )

    yup… bener2 ajaib kakak kelas-ku itu. Sampai sekarang gaya bicaranya masih dramatis lho…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *