Braaak!

Bunyi ember terjatuh di lantai atas rumah kami. Saya yang sedang santai di depan televisi, langsung nanya sama isteri.

“Kenapa tuh si Sanah?”

“Paling kepeleset aja” kata isteri saya.

“Sanah….! Kenapa tadi?” Isteri saya setengah berteriak, ngecek kondisi Sanah.

“Ngga apa-apa Bunda, kepeleset aja…” jawab Sanah.

Rupanya ember untuk mencuci pakaian, yang tiga perempatnya berisi air, terjatuh.

Sanah adalah nama pembantu kami terbaru, baru 1 bulan bekerja. Asalnya dari pelosok Banten. Disana tidak ada listrik, apalagi televisi. Pernah suatu ketika televisi saya nyala sampai pagi, rupanya Sanah tidak tahu cara mematikannya.

Beberapa hari kemudian, Sanah mengeluh sakit kakinya. Isteri saya nanya:

“Kenapa kamu…?”

“Ini Bunda.. ember yang kemarin jatuh itu sebenarnya kena jempol kaki kiri Sanah…” akhirnya Sanah mengaku.

“Terus, kok baru ngasih tau sekarang…?” Isteri saya nanya lagi

“Iya Bunda, karena kukunya goyang, jadi Sanah cabut… sekarang sakit banget..” jawab Sanah

Kondisi jempol kaki Sanah yang terinfeksi itulah yang menghambat pekerjaannya. Kalau bahasa Sundanya sih getih nguwung atau darah beku.

Isteri saya akhirnya meminta saya mengantarkan Sanah ke klinik. Sepertinya harus dicuci lukanya. Saya mengantar Sanah ke klinik dekat rumah. Ketika sampai disana, saya mendapat penjelasan dari dokter jaga:

“Pak.. saya ngga berani memproses luka model begini, lebih baik Bapak ke rumah sakit aja… sepertinya masih ada kuku yang tersisa, jadi harus dibersihkan dulu. Pokoknya ada treatment khusus..”

Wah… ngga nyangka, ember jatuh dan jempol infeksi jadi begini urusannya.

Saya pun segera menuju rumah sakit, tepatnya ke bagian UGD. Sanah langsung ditangani oleh dokter. Saya menunggu di ruang depan.

Tiga puluh menit kemudian, Sanah sudah selesai diperiksa dan diobati. Jempol kirinya sekarang seperti mumi, dibungkus perban warna kuning. Kata dokternya, jempolnya terinfeksi dan sisa kukunya akan dicabut 3 hari lagi. Selama tiga hari itu, jempol kakinya tidak boleh kena air, tapi harus basah dengan kasa yang direndam dalam cairan obat warna kuning.

Saya langsung tebus resep dan segera pulang. Lumayan, setengah gajinya sebulan untuk nebus obat saja.

Sampai rumah, saya  serahkan semua obat ke isteri, supaya nanti membantu Sanah dalam proses penyembuhan infeksi jempolnya.

Keesokan harinya, ketika saya menaruh cucian di kamar mandi, saya lihat Sanah sedang mencuci baju. Ada pemandangan yang rada ngga biasa. Kali ini, kaki kirinya dibungkus kantong kresek..

“Supaya ngga kena air Pak…” katanya..

Alhamdulillah, akhirnya dia belajar juga. Ngga bisa nyetel televisi, kejatuhan ember, ngga apa-apa deh. Paling ngga membuat Sanah bisa belajar lebih menghargai jempol kakinya.

One thought on “Jempol Pembantuku

  1. PRT memang polos, kita hrs byk mengarahkannya,salah2 gula putih disangka bedak oleh pmbntu dirmh,hihihi. senang bertemu sesama almamater disini,sy lulusan 95

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *