Bagian (1)

Tidak semua yang kita hadapi akan berubah,

semua tidak akan berubah jika tidak kita hadapi

Merujuk pada peristiwa tahun nol hijriyah, momentum hijrah adalah momentum akumulasi dari ketaatan, kesabaran, kekuatan, kebersamaan, komitmen hasil proses edukasi Rasulullah selama periode Mekkah. Hijrah adalah bukti nyata dari keberhasilan Rasulullah membangun karakter ummat terbaik sepanjang massa. Rasulullah dan para sahabat yang mulia menjadi kekuatan dahsyat yang nyata-nyata—dengan petunjuk Allah SWT—mampu membangun Negara Islam pertama di dunia.

 

Pilihan kota Madinah sebagai lokasi hijrah, tentu dengan pertimbangan. Hal ini diketahui ketika rombongan orang Madinah datang ke Mekkah pada musim tradisional di Ka’bah. Suatu saat Rasulullah mendatangi kabilah Kazraj dan berbincang dan mengajak mereka beriman kepada Allah SWT. Mereka membenarkan ajaran Al Qur’an dan bersedia memeluk agama Islam. Rombongan tersebut kemudian menjadi perintis kegiatan dakwah di kota Madinah.

Pada tahun berikutnya, menjelang musim upacara tradisional di Ka’bah, datanglah dua belas orang yang telah memeluk Islam dari Madinah, termasuk enam orang yang pada tahun lalu diajak bercakap-cakap oleh Rasulullah. Mereka bertemu di Aqabah dan menyatakan sumpah setia akan tetap beriman kepada Allah SWT, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Itulah Pembaiatan Aqabah I.

Setelah pembaiatan, mereka pulang ke Madinah.  Rasulullah memandang perlu menyertakan seorang kepercayaannya untuk menyaksikan perkembangan Islam di Madinah, mengajarkan Al Qur’an dan hukum-hukum agama. Terpilihlah sahabat mulia, Mushab bin Umair, pemuda tampan yang halus dan memikat tutur budi bahasanya serta sudah teruji keimanannya. Mushab bin Umair ditemani oleh Ibnu Ummi Maktum.

Pada tahun berikutnya, Sembilan orang dari kabilah Khazraj dan tiga orang dari kabilah Aus melakukan Pembaitan Aqabah II. Kekuatan komitmen itu muncul dari sumber keberanian dan kepercayaan yang kokoh, yaitu Al Qur’an.

Rasulullah memminta Abu Bakar Ash Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib untuk hijrah belakangan. Abu Bakar Ash Shiddiq menemani Rasul berhijrah, Ali bin Abi Thalib, menyamar dan bersembunyi di rumah Rasullah, untuk mengelabui kaum kafir. Abu Bakar sebelumnya meminta ijin untuk hijrah lebih dahulu, akan tetapi setelah Rasulullah mengisyaratkan akan menjadikannya teman dalam berhijrah, maka Abu Bakar Ash Shiddiq membeli dua ekor unta sebagai persiapan kendaraan untuk berhijrah.

Kedua unta tersebut diserahkan untuk dirawat kepada Abdullah bin Uriaqith, seorang musyrikin yang memahami rute perjalanan menuju Madinah, yang kemudian menjadi penunjuk jalan dalam berhijrah ke Madinah. Inilah kejelian Rasulullah yang memilih seseorang yang bukan Islam, tapi kompeten, sehingga bisa membantunya menjalankan strategi berhijrah.

Dengan bantuan pemandu, Rasulullah menyusuri jalan, dari belakang rumah menuju Gua Tsur. Pertolongan Allah pun datang, karena ketika kaum Quraisy mendekati Gua Tsur, di depannya terdapat sarang laba-laba, yang membuat para pengejar menyimpulkan bahwa tidak mungkin ada orang di dalam gua tersebut (padahal di dalamnya terdapat Rasulullah dan Abu Bakar).

Tiga hari tiga malam keduanya bersembunyi di dalam gua. Abdullah bin Quraith datang membawa dua ekor unta yang sudah siap untuk perjalanan jauh. Selama persembunyian di dalam gua, Asma binti Abu Bakar yang kemudian dikenal sebagai “wanita dengan dua sabuk”, karena mengikat perutnya yang sedang hamil sekaligus menyembunyikan makanan. Abdullah bin Abu Bakar ditugaskan untuk mencuri dengar tentang apa yang direncanakan kaum Quraisy. Amir bin Fuhairah (orang asuhan bekas budak), ditugaskan menggembalakan kambingnya di siang hari dan sore harinya diistirahatkan dalam gua. Romongan kambing gembalaan itu sekaligus digunakan untuk menghilangkan jejak.

Berita kepergian Rasulullah menyebar ke segala penjuru gurun sahara, seolah-olah diberitakan lewat telegram ke seluruh pelosok.

Pada tanggal 12 Rabiul Awal, seorang Yahudi yang sedang naik kea tap rumahnya untuk suatu keperluan, tiba-tiba melihat kepulan debu mendekati kota. Ia mengabari seluruh kota akan kedatangan Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar Ash Shiddiq.

Sebelum masuk kota Madinah, Rasulullah singgah di pemukiman Bani Amr bin Auf selama 14 hari. Dalam waktu itulah, beliau membuat fondasi masjid Quba, masjid pertama yang dibangun dalam sejarah Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *