Landing di bandara Juanda, Surabaya jam 09.00. Saya, Syahid dan Helmy Yahya hari ini akan menuju sebuah kota di Jawa Timur, kota kelahiran salah satu artis dangdut kondang. Helmy Yahya diundang untuk berbicara dalam sebuah seminar di Universitas terkemuka disana. Jam 14.00 mulainya. Temanya, seperti biasa tentang entrepreneurship.

Begitu landing, langsung menuju bagian depan bandara dan disambut pantia yang menjemput, 3 orang, menggunakan mobil kijang kapsul. HY langsung duduk di bangku depan, saya dan Syahid di bangku tengah. Seperti biasa, tugas kami berdua—saya dan Syahid—adalah membuat HY tetap ceria, mood, selamat sampai tujuan.

Saya nanya ke panitia:

“Berapa lama perjalanannya?”

“Empat jam, kalau lancar” jawab salah seorang panitia

“Brur…” bisik saya ke Syahid (Brur itu sapaan antar saya dan Syahid), supaya ngga kedengeran sama HY.

“Apaan?” Syahid ngejawab, berbisik juga.

“Kalau dari Surabaya ke Jember butuh 4 jam, berarti bolak-balik butuh 8 jam. Atur stamina lucu ya Brur…” bisik saya.

“Oh gitu.. “ jawab Syahid sambil ketawa.

Mulailah kita pasang strategi cerita yang lucu-lucu sepanjang jalan. Cerita, yang baru mulai aja, kami udah ngakak. (Kami disini minus para panitia). Cerita lucunya sih udah sering diceritain bareng, kadang saya yang cerita, kadang HY yang cerita atau kadang Syahid yang cerita. Kebayang khan, 8 jam bolak balik; berapa cerita coba?

Ini salah satu cerita (sekali lagi ini hanya cerita, mudah-mudahan ngga ada yang tersinggung). Ceritanya tentang Orang Bindeng (OB) dan Orang Madura (OM), keduanya mincing. Orang Madura dapet ikan terus, Orang Bindeng nggak. Ini percakapan mereka.

OB: “Bang, kok ma nying nya dha phet te ryus sih?” (aritnya: kok mancingnya dapet terus siih?)

OM: “Ada caranya dong…”

OB: “Ghi ma’ na?” (artinya: gimana?)

OM: “Selesai ngelempar pancing, kamu harus gerakkan jempol ama telunjuk, seperti ngasih makan ayam”. Sambil menunjukkan gerakan tangan, jempol dan telunjuk.

OB: “bhe gi ni?” (artinya: begini?). Mengikuti gerakan tangan OM.

OM: ”Ya gitu, bagus. Terus mulut kamu juga ikut bunyi… ck ck ck ck. Kaya suara ngasih makan ayam pokoknya.”

OB: “o’ ke.. sha’ ya cho’ ba ya…” (artinya: oke, saya coba ya? )
Orang Madura pulang. Mau makan siang dulu katanya. Orang Bindeng langsung mempraktekan ilmu barunya. Setelah makan siang, Orang Madura nyamperin Orang Bindeng yang masih asyik mancing.

OM : “Gimana? Udah dapet belum?”

OB : “Bhe ‘lum” (artinya: belum)

OM : “Dipake ngga ilmunya…. Lempar, terus ck ck ck ck!”

OB : “Dhi pha ke’” (artinya: dipake)

OM : “Gimana coba?”

OB : “Sha ya’ lem ‘par pan ching…” (artinya: saya lempar pancing.)

OM : “Terus? Ck ck ck nya gimana”

OB : “Sa ya nghi ku tin… nyep nyep nyep” (artinya: saya ngikutin, ck ck ck)

OM: “Pantes ikannya pada kabur.. nyep nyep nyep…bukan ck ck ck!”

Itu hanya salah satu jokes aja yang saling kita ceritakan. Pokoknya lucu ngga lucu, kami ketawa. Tinggal panitia aja yang pada bengong. HY langsung bilang

“Mereka dibawa ini karena lucu aja kok, kalau masalah kemampuan sih nomor 17.”

Kami berhenti di Probolinggo, makan di rumah makan yang menyajikan rawon istimewa, katanya sering menjadi tempat singgah Presiden SBY kalau melewati daerah itu. Kami berhenti, langsung menuju tempat makan paling strategis, di bagian depan. Semua orang yang ada di tempat makan itu, langsung menoleh ke HY dan rombongan. Tepatnya ke HY, karena sisa rombongan memang ngga penting buat mereka. Ada yang mulai menyalami, sampai mengeluarkan handphone berkamera dan minta foto bersama.

Makanan disajikan, dan kami makan lumayan lahap. Pantes aja Presiden SBY singgah di tempat ini, memang rawonnya enak kok. Walaupun saya, sebagai orang Sunda, terbiasa dengan sayur berkuah bening, disajikan sayur dengan kuah hitam butek kaya gini, jadi ngeri, kalau ada apa-apa di dalemnya. Tetapi, pikiran buruk akhirnya bisa dikalahkan oleh rasa lapar.

Begitu keluar dari rumah makan, dengan perut kenyang, kami langsung masuk mobil. Saya dan Syahid duluan. HY ada yang nyegat—seorang ibu—nawarin buah anggur. Memang Probolinggo terkenal dengan buah anggur dan buah mangga-nya. HY ngga beli, hanya bilang, terima kasih.

Begitu masuk mobil, HY langsung ngomong:

“Aneh tuh orang” kata HY

“Kenapa Mas?” tanya saya

“Nawarin buah anggur rasa mangga…” kata HY

“Emang kenapa?” tanya saya lagi.

“Mendingan beli mangga sekalian, gedean, enak, kenyang lagi” kata HY, sambil ketawa.

Kami yang di mobil semuanya ketawa. Bener juga ya? Daripada beli anggur rasa mangga, mending beli mangga aja sekalian. Daripada beli apel rasa duren, mending beli duren sekalian. Hehehe.

Perjalanan di lanjutkan. Akhirnya jam 13.00—satu jam sebelum acara—kami sampai di lokasi. HY yang dipandu panitia, langsung menuju ruang Dekan, Makan bersama, dan foto-foto. HY sekaligus menanyakan beberapa hal terkait materi yang akan dibawakannya.

Setelah makan, HY mengajak saya untuk memperbaiki sedikit presentasi yang akan disampaikannya.

Acara dimulai. Seminar kewirausahaan menghadirkan dua pembicara. HY dan seorang konsultan kewirausahaan dari Jember. HY kali ini mendapat giliran pertama bicara, disusul sang konsultan Seperti biasa, HY menyampaikan materi dengan baik, sangat baik malah. Peserta pun antusias mengikutinya.

Usai bicara, HY mendapat aplaus meriah.

Giliran sang konsultan yang bicara. Energi dan perhatian peserta sudah tersedot ke HY, jadi ketika dia membawakan presentasi, dengan pembawaan yang standar saja, dan lebih banyak yang terdengar “nextnext.. next…”, perintahnya kepada operator yang sering dijuluki asrot (asisten sorot). Berangsur peserta mulai keluar dari ruangan. Kesalahan besarnya adalah meminta giliran berbicara setelah HY.

Seminar selesai dengan tidak happy ending, terutama untuk sang konsultan. Mengapa tidak happy ending; karena sementara HY berbicara di panggung, Syahid—manajer HY—bernegosiasi dengan panitia tentang pembayaran. Tepatnya sih bukan pembayaran, tapi lebih kepada kompensasi dari waktu yang dialokasikan HY dan tim untuk datang ke tempat yang cukup jauh dari Jakarta ini. Syahid sudah menyepakati budget yang memang disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa. Rupanya, para mahasiswa yang jadi panitia, wan prestasi istilahnya, alias tidak berniat membayar biaya seperti yang disepakati. Mereka berdalih dengan segala macam alasan yang mengada-ada.

Selesai seminar, HY langsung menuju ruang Dekan. Saya menginformasikan, kalau Syahid masih bernegosiasi. Memang kejadian seperti ini sering terjadi. Kalau mahasiswa yang ngundang, dan tidak beritikad baik, manajemen yang repot. Karena, untuk mengalokasikan waktu HY, apalagi sampai hampir seharian keluar kota begini, tentu segala hal harus dipertimbangkan.

Negosiasi berakhir dengan memuaskan; memuaskan bagi satu pihak dan tidak memuaskan bagi pihak lain. Dan pihak lain itu adalah Syahid. Kami pulang dengan meninggalkan sesuatu yang tidak enak. Bagaimana mungkin panitia bisa wan prestasi seperti itu? Bukannya mengadakan sebuah kegiatan perlu mempertimbangkan segala perencanaan dan konsekuen dengan apa pun akibatnya? Bukan mengenai jumlah yang menjadi masalah—karena budgetnya memang sudah budget mahasiswa, tapi keluar dari kesepakatan yang jadi masalah.

Baru setelah maghrib kami bisa pulang, dengan hasil yang nihil alias panitia tetap tidak mau memenuhi janji sesuai kesepakatan. Kami pulang, dengan mobil yang sama; tapi suasana yang berbeda. Bete. Makanan yang enak jadi ngga enak, apalagi makanan yang ngga enak. Yang saya dan Syahid mikir adalah bagaimana melalui 4 jam berikutnya menuju Surabaya? Saya dan Syahid harus tetap lucu dengan kondisi ngga lucu seperti itu.

One thought on “Harus Lucu dalam Kondisi Ngga Lucu

  1. Ya keren juga tuh ………….. harus tetap lucu dengan kondisi ngga lucu.
    jadi biar bawaan nya senang dan bisa tersenyum indah 🙂

    >>>setuju… emang itulah ‘keceriaan dibalik penderitaan’ kita…hehehehe.

  2. terkadang tak semua orang bisa melakukannya…..

    >>>bener banget… ini tuntutan persahabatan, hehehehe.. saling menyenangkan dalam kondisi apa pun…

  3. ….“Mereka dibawa ini karena lucu aja kok, kalau masalah kemampuan sih nomor 17.”…

    bagi saya, ini sebuah perkataan yang sama sekali gak lucu… hiks…

    >>> itu becandaan kok…. ngga serius. hehehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *