Alhamdulillah. Syukur tak terkira, ketika nama saya disebut oleh VJ Daniel dan Luna Maya sebagai salah seorang yang mendapatkan Golden Ticket to USA; berangkat ke Amerika, menapaktilasi jejak langkah Obama, mulai dari masa kecil hingga remaja di Hawaii, karir politik sebagai senator Illinois di Chicago dan menjabat sebagai Presiden di Washington DC. Plus, kunjungan ke Microsoft Camp di Seattle.
Berkah luar biasa…
Memang tak mudah dan sepertinya tak mungkin. Tapi ini terjadi. Memang perlu untuk bermimpi, supaya terkejut ketika mimpi itu menjadi kenyataan dan menikmatinya.
Perjalanan memperoleh Golden Ticket memang perjalanan tak biasa buat saya. Membawa misi untuk mengenalkan Pondok Yatim Menulis supaya bisa bersentuhan dengan dunia maya, akhirnya terlaksana. Mimpi orang kampung untuk bisa ke Amerika Serikat, yang katanya Land of Hope, akhirnya diberikan jalan oleh-Nya.
Oleh karena itu, ekspresi kemenangan yang saya lakukan, sepertinya ‘keterlaluan’; berlari kesana kemari, seperti orang bingung. Tak apa.. itulah rasa yang membludak karena bisa mewujudkan mimpi.
Saya masih ingat pantun kampanye saya yang menggunakan identitas kesukuan, yaitu Sunda:
Tokecang, tokecang bala gendil tosblong
Angeun kacang, angeun kacang sapariuk kosong
Arjuna Mencari Cinta, Bawa Kaktus Pake Kargo
Inilah Baban Sarbana, Dari Ciapus ke Chicago
Bang Malih Ke Pasar Turi, Beli Jamu Telornya Lima
Pilih Saya Hai Para Juri, Biar Ketemu Barack Obama
Hahahahha..itulah pantun yang spontan saya buat.. Saya ingin menjadi orang Sunda; dimana pun saya berada. Itulah wujud nasionalisme versi saya.. Mencintai budaya daerah sebagai akar dari budaya nasional.
Saya pun masih ingat ketika Luna Maya dan VJ Daniel menanyakan:
“Apa yang kamu lakukan ketika tiba di Amerika?”
“Update status (di fb dan twitter)…!” jawab saya, spontan!
Disambung dengan pertanyaan Putra Nababan, ketika ada tanya jawab dengan juri..
“Isi update statusnya apa?”
“Alhamdulillah… saya sampai di Amerika Serikat. Buat Anak yatim.. bermimpilah. Tidak ada yang Tidak Mungkin…!” jawab saya. Dalam…
Betul.. saya ikut kompetisi ini, ingin sekaligus memberikan referensi mimpi kepada anak-anak yatim di Ciapus. Supaya mereka bisa bangkit dan mendunia. Kasihan sekali jika referensi mimpi-nya sedikit.
Dan yang saya paling ingat, adalah ketika ditanya tentang Putra Nababan. Saya katakan, bahwa saya punya anak bungsu yang dipanggil dengan nama yang sama, tapi intonasi berbeda.. Andra, anak bungsu saya, biasa dipanggil bunda-nya: PUTRANA BABAN (anaknya Baban: Sunda)..hehehehe. Dan saya lihat Putra Nababan juga tergelak. Senang bisa membuat orang tertawa.
Pertanyaan Putra Nababan berikut yang tak terlalu baik saya jawab adalah soal
“Bagaimana seharusnya Bangsa Indonesia menyambut kedatangan Obama?”
Walaupun akhirnya Obama tak jadi datang Juni ini; tapi saya jawab:
“Sambutlah Obama sebagai manusia, yang pernah tinggal di Indonesia dan ingin membawa keluarganya untuk kembali mengingat masa-masa hidup yang menjadi salah satu pembentukan jati dirinya. Bahwa ada permasalahan dengan kebijakan tentang Israel, itu terkait dengan jabatannya sebagai Presiden AS. Saya memilih menyambut Obama sebagai orang yang ingin bernostalgia…”
Waktunya tak cukup memang….
Dan, akhirnya… pengumuman pun disampaikan.
Tegang… Nervous
Meloncatlah saya ketika berhasil lolos. Menangis dalam hati. Haru dan bahagia.
Saya salami Tristam Perry, Ayu Soetoro dan Putra Nababan. Saya toss dengan Kerabat Kotak (fansnya Kotak) dan Jameelian (fansnya Mulan Jameela). Emosional.
Ternyata do’a anak yatim dan orang tua, terkabul.
Saya pun terpilih bersama Dimas Novriadi dan Vivi Hasyim. Bahagia juga, karena ada 2 blogger yang terpilih.
Tuhan Maha Tahu, yang saya lakukan, semoga dipelihara niatnya…
Malam itu sungguh malam yang luar biasa. Bukti kekuatan do’a dan kehendak dari Yang Maha Kuasa.
Terima kasih untuk semuanya. US Embassy, RCTI, peserta kompetisi (Big 10 yang jadi finalis)….pemirsa di rumah.
Masih panjang perjalanan. Pergi ke Amerika dan (Semoga) bertemu Obama, adalah awal baru untuk meraih mimpi baru.
Semoga!