Pulang kerja, saya dapat sms dari Bunda Naya, supaya beli donat. Kebetulan sambil mampir, saya pun ngantri dengan beberapa orang yang juga akan beli.

Di depan saya, ada seorang bapak yang mengenakan earphone. Di menunjuk ke beberapa donat. Kemudian, penjaga counter donat itu mengambilnya..

“Ini Pak…?” kata pelayan counter donat

“Bukan yang itu.. tadi saya bilang yang kelapa…!!!!” kata si Bapak

Sekali salah…

Bapak ber- earphone itu menunjuk lagi donat jenis lain. Diambil lagi oleh pelayan.

“Ini Pak…?”

“Bukan.. itu yang coklatnya, bukan yang itu, tapi yang ngga berlubang….!!!!” kata si Bapak.

Suara si Bapak tambah keras, menurut si pelayan. Mungkin Bapak tadi ngga nyadar kalau suaranya keras, karena dia mengenakan earphone yang (mungkin) suara musiknya keras.

Diluar dugaan, si pelayannya meletakkan kardus donat dan menyerahkan pelayanan kepada temannya…

“Pak.. kalau pesan, suaranya ngga usah keras juga kedengeran….jangan pake marah…” kata si pelayan. Dia berbalik, dan langsung masuk ke ruang karyawan. Mungkin saja giliran shiftnya habis, akan digantikan oleh pelayan yang lain.

Bapak ber-earphone tadi biasa saja. Tak berubah. Dia melanjutkan ordernya. Kali ini dilayani dengan lebih sabar oleh si pelayan.

Saya yang ada di belakang Bapak tadi, jadi mikir; jangan-jangan saya juga pernah begitu ya? Wajar saja si pelayan marah, karena tak nyaman ‘dibentak-bentak’, apalagi pas dia (mungkin) kebetulan akan ganti shift alias mau pulang. Sama saja dengan Bapak ber- earphone tadi, yang ngga ngerasa bentak-bentak; karena menurut dia, suaranya biasa saja…

Saya juga pernah ada di posisi pelayan restoran suatu ketika. Latihan yang paling banyak dilakukan memang tebel kuping dan tebel muka. Dengerin komentar pedes dan ngga usah malu dengan pekerjaan. Tapi, setiap orang pasti punya ketebalan yang berbeda dari telinga dan wajahnya.

Ya.. itulah namanya komunikasi. Kadang tak hanya diwakili oleh kata saja. Dibalik kata yang diucapkan itu ada volume suara, intonasi, bahasa tubuh. Dibalik kata, ada emosi.

Komunikasi pasti berurusan dengan persepsi; dan tentu saja, komunikasi yang bagus adalah bagaimana menyampaikan apa yang kita ingin sampaikan sesuai dengan apa yang orang lain inginkan.

Usai Bapak itu memesan, giliran saya; simpel saja permintaan saya..

“Saya pesen 6 donat, campur aja; yang penting ngga ada blong tengahnya…”

Pelayannya cuma senyum saja. Tak lama pesanan datang, dan saya melihat donat yang dibungkus itu. Cocok dengan permintaan.

One thought on “Emosi Dibalik Kata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *