Sore hari, Bendung Katulampa dialiri air yang melebihi batas normal. Ketinggian lebih dari 2.5 meter sudah siaga satu. Bersiaplah Jakarta untuk menghadapi banjir.

Warga Bogor, yang biasanya hanya dilewati air, kini tenggelam juga di beberapa wilayah, salah satunya adalah Babakan Madang, yang di tahun 2007, sebagian wilayahnya menjadi lokasi Bedah Kampung pada Hari Keluarga Nasional.

Tiga orang meninggal, terkenal longsoran di wilayah Bogor Utara.

Jakarta segera bersiap, Bang Foke mengadakan inspeksi. Bang Foke yang memang dipilih karena ‘ahlinya’.

Banjir ini katanya banjir kiriman dari Bogor. Benarkah?

Banjir ini adalah akumulasi dari siklus kerakusan manusia yang mendirikan villa-villa di sekitar daerah resapan di dataran lebih tinggi, sehingga air banyak mengalir, tak teresap, tak tertahan, karena tanah di atasnya sudah berubah menjadi fondasi.

Banjir ini bukan kiriman dari Bogor, tapi kiriman dari Tuhan. Banjir ini jangan-jangan bukan sekedar musibah, tapi sudah jadi peringatan, dan ngerinya jadi azab buat beberapa wilayah, karena tak sadar juga dengan kemanusiaannya, tak sadar dengan posisinya sebagai manusia di satu sisi dan sebagai hamba Allah di sisi yang lain; keduanya tak terpisahkan.

Sebagai manusia dia dianugerahi kepintaran, kecerdasan.. dan sebagai hamba Allah, hendaknya kepintaran dan kecerdasan itu digunakan bukan untuk mengikuti syahwatnya, tapi juga untuk meningkatkan kualitas kehambaan-Nya.

Banjir ini memang melalui Bogor dan ke Jakarta, karena secara alamiah, air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.

Banjir ini bukan kiriman dari Bogor, tapi kiriman Tuhan sebagai peringatan.

(Yang nulis orang Bogor kok…)

One thought on “Banjir Kiriman (Bukan Dari Bogor), tapi dari Tuhan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *