Semuanya berawal dari Jazz Goes to Campuss di tahun 1980-an yang dibawa oleh Ireng Maulana ke STAN, saat itu masih di Purnawarman. Helmy Yahya menjadi panitia pelaksananya. Melihat kerja yang demikian rapi, baik dari persiapan, pelaksanaan maupun pelaporan, maka Ireng Maulana langsung menawarkan pekerjaan kepada Helmy Yahya.

Helmy Yahya yang saat itu belum lulus langsung menduduki jabatan sebagai Finance Manager di Ireng Maulana Management. Tentu saja diterima dengan senang hati. Jadilah Helmy Yahya sebagai salah satu manajer di jajaran Artist Management.

Kebetulan, saat itu Ireng Maulana All Star adalah band pengiring tetap di acara Berpacu Dalam Melodi karya Ani Sumadi Production, yang dibawakan oleh Koes Hendratmo. Suatu saat, Ireng Maulana memperkenalkan Helmy Yahya kepada Ani Sumadi, yang kebetulan sedang mencari pembuat soal untuk kuis-kuisnya. Saat itu Ani Sumadi sudah dikenal sebagai Ratu Kuis Indonesia.

Helmy Yahya langsung menerima tawaran bergabung dengan Ani Sumadi, mulai dari pembuat soal, sampai menjadi orang nomor 2 di Ani Sumadi Production. Itulah awal perkenalan Helmy Yahya dengan dunia entertainment. Diawali dengan seorang Ireng Maulana yang mengetahui dan menghargai kemampuan Helmy Yahya, mengenalkannya kepada Ani Sumadi, bekerja keras di Ani Sumadi Production dan memanfaatkan semua kesempatan untuk menguji kemampuannya, baik di belakang layar maupun akhirnya muncul dan maju ke depan layar.

Setelah belajar selama 13 tahun, akhirnya bisa lepas dari bayang-bayang Ani Sumadi dan mendapat gelar tak resmi dari masyarakat sebagai Raja Kuis. Produktivitasnya malah melebihi Ani Sumadi si Ratu Kuis.

Helmy Yahya menjadi seperti sekarang, tidak terlepas dari keberanian orang-orang professional kembali ke kampus, mengadakan acara-acara bagus ke kampus, dan siapa tahu bisa menemukan bakat-bakat besar yang butuh diberi kesempatan.

Adhie MS giat dengan kampanye Orchestra Goes to Campuss, mungkin suatu saat nanti ada composer besar dari kegiatan itu. Bisa juga muncul innovator handal dari acara semacam Black Innovation Goes to Campuss dan AutoBlackThrough goes to Campuss.

Ine Febrianti dengan film Beth-nya dulu, malah lebih senang menjajakan filmnya melalui diskusi-diskusi dari kampus ke kampus.

Anak-anak kampus punya kemampuan, hanya butuh orang-orang professional yang mengetahui kemampuan mereka dan memberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Akan muncul sinergi yang produktif jika itu bisa dilakukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *