Di kampung saya, yang masih dihuni banyak orang Sunda, ada 4 orang yang memiliki panggilan yang terdiri dari 2 huruf. Memang, di Sunda itu, selain namanya berulang-ulang, alias dung dung tek dung, alias breng breg gedombreng alias tolong menolong. Tak hanya kata yang berulang, semacam Udin Saefudin atau Dadan Suradan, bisa juga suku kata, seperti Didi, Dudu atau Dandan; atau malah huruf yang berulang, aliasa panggilan nama dengan 2 huruf. Semuanya sudah biasa.
Panggilan 2 huruf itu biasanya diambil dari nama asli atau malah memang jadi julukan biasa. Ini dia mereka,
Aa
Nama aslinya Bu’a, dilahirkan kembar. Nama kembarannya Abut. Bu’a dan Abut ini bedanya di tinggi badan. Bu’a lebih tinggi dari Abut. Keduanya hobi main bola, dengan posisi di bek kiri dan penyerang. Mirip-mirip Frank de Boer dan Ronald de Boer lah. Ayah mereka punya profesi sebagai spesialis penyembelih sapi dan kambing. Ngga gampang lho, nyembelih kambing atau sapi. Kalau ngga professional bisa menyiksa binatang yang disembelih. Ritual menyembelih bapaknya Aa, selalu menarik, dan dia membanggakan golok yang selalu dipakainya ratusan kali untuk menyembelih kambing atau sapi. Usai memotong sapi atau kambing, Aa biasanya yang membawa pulang bungkusan daging jatah ayahnya. Dia paling hobi membuat sate torpedo kambing.
Ii
Kalau ini nama asli. Nama panjangnya Ii Jauhari. Dia salah satu dari sekian banyak anak muda dari desa kami yang melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Keluarganya juragan daun pisang. Terutama pisang batu. Ayah saya pun punya perjanjian system ijon dengan Mang Nata, ayahnya Ii. Mang Nata, ayahnya Ii, punya pantangan yang unik, yaitu mandi hanya 6 bulan sekali. Memang bikin nyaman dia karena dengan pantangan itu, entah syirik atau bukan, tapi usahanya lancar. Masalahnya, jarang mandi itu bikin ngga nyaman orang lain. Ii rencananya akan menjadi pewaris bisnis daun pisang yang sudah memiliki langganan supplier dari berbagai daerah dan juga memiliki langganan para penjual kue di pasar tradisional.
Oo
Nama aslinya Mang Odang. Asalnya dari Cibatok. Bikih heboh di kampung saya, karena tak lama dia menetap di desa kami, dia berhasil menikahi The Aas yang menjadi kembang desa. Pekerjaannya guru ngaji dan punya kios di pasar. Mang Oo ngga terlalu kaya, tapi beruntung. Hingga kini, keluarganya harmonis dan masih banyak pemuda-pemuda yang naksir, kelihatannya ngga rela dengan kebahagiaan mereka.
Uu
Ini nama asli juga. Nama panjangnya Uu Jumhana. Dulu, waktu kakak saya membangun rumah, Mang Uu ini jadi tukang aduk semen. Tenaganya kuat sekali. Ketika saya tanya apa rahasia staminanya, dia menunjukkan potongan paku yang dijadikan ‘susuk’ pada tangannya. Dia bilang, itu didapatnya dari seorang asal Badui yang memberikan ilmu untuk meningkatkan stamina dan kharisma. Mang Uu memang senang dengan hal-hal mistis, dan meningkatkan kualitas kelaki-lakiannya, entah keliatan macho, perkasa atau aura-nya bagus. Setelah tidak bekerja lagi sebagai tukang aduk semen, karena karirnya ngga naek-naik (biasanya tukang aduk semen itu karir berikutnya adalah tukang templok tembok, berikutnya tukang ngaci/ngalusin tembok); Mang Uu kin berjualan segala macam yang berhubungan dengan singkong, entah daunnya, maupun singkongnya; bahkan pernah berjualan keripik dan gorengan singkong.
Sebenarnya ada teman saya yang kelima, namanya juga 2 huruf, cuma saya ngga tega nyebut nama dan nyeritain kisahnya.
hehhehe
bole juga nama tmn2nya